Bisnis.com, JAKARTA – Kepercayaan konsumen Inggris merosot menjelang akhir Mei, meskipun Negeri Ratu Elizabeth ini mulai melonggarkan pembatasan sosial dan membuka sebagian aktivitas perekonomian.
Menurut laporan perusahaan riset GfK, indeks kepercayaan konsumen turun menjadi -36 pada pertengahan Mei 2020 dari -34 pada dua pekan sebelumnya. Posisi terbaru ini hanya terpaut tiga poin dari rekor level terendah -39 yang dicapai pada Juli 2008.
Sentimen konsumen di Inggris tampaknya menjadi lebih suram tentang prospek ekonomi dan situasi keuangan mereka sendiri selama setahun ke depan.
Meski demikian, mereka lebih percaya diri untuk melakukan pembelian-pembelian besar karena sejumlah toko telah kembali dibuka.
“Dengan latar belakang turunnya harga rumah, melonjaknya klaim pengangguran, dan tanpa tanda-tanda rebound berpola V-shape, konsumen tetap pesimistis," ungkap Direktur Strategi Klien GfK Joe Staton, dikutip dari Bloomberg, Jumat (5/6/2020).
Masyarakat Inggris sedang memasuki masa depan ekonomi yang tidak menentu setelah dua bulan menjalani lockdown yang berakibat tutupnya banyak bisnis sekaligus memaksa pemerintah untuk mengucurkan stimulus.
Ekonomi Inggris dapat terkontraksi 14 persen tahun ini, menurut skenario Bank of England, dengan prospek gangguan lebih besar jika kesepakatan perdagangan pasca-Brexit tidak tercapai dengan Uni Eropa pada Desember mendatang.