Bisnis.com, JAKARTA — Google melaporkan para peretas China mengincar akun email pribadi anggota staf kampanye mantan Wakil Presiden Joseph Biden, sedangkan Iran menargetkan tim kampanye Presiden Trump.
Dalam mengungkap upaya tersebut, Kepala Analisis Google, Shane Huntley mengatakan belum ada bukti bahwa peretas China telah menembus tim kampanye Biden. Huntle bertugas mengawasi pelacakan peretasan canggih atas sponsor negara.
Serangan itu tampaknya berupa phishing konvensional, mirip dengan pelanggaran Rusia terhadap email pribadi John D. Podesta pada 2016 saat dia menjadi ketua kampanye Hillary Clinton.
Akan tetapi, pengumuman Google itu menggarisbawahi fakta bahwa selama pemilihan presiden 2020, peretas Rusia yang menggabungkan peretasan dan disinformasi dalam siklus pemilihan presiden terakhir, tidak sendirian.
Bahkan, sebelum pengumuman Google yang diposting di Twitter, pakar keamanan memperingatkan bahwa peretas Rusia bergabung dengan mereka yang berasal dari musuh Amerika Serikat lainnya.
"Tim kampanye Biden mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mengetahui laporan dari Google bahwa aktor asing telah melakukan upaya untuk mengakses akun email pribadi staf kampanye. Akan tetapi upaya itu bisa digagalkan," demikian dikutip CNN.com, Jumat (5/6/2020).
Dia mengatakan sudah mengetahui sejak awal kampanye bahwa pihaknya akan menjadi sasaran serangan semacam itu sehingga sudah bersiap. Tim Biden menganggap serius keamanan siber dan akan tetap waspada terhadap ancaman-ancaman tersebut serta memastikan bahwa aset kampanye dijamin aman.
Motivasi untuk upaya semacam itu bisa beragam. China selama ini memiliki aset spionase besar yang ditujukan pada pemerintahan Trump dan bagian lain dari pemerintah Amerika Serikat.