Bisnis.com, JAKARTA – Prospek lapangan kerja baru di Singapura diproyeksi bakal semakin berat di tengah tekanan dampak pandemi virus Corona (Covid-19).
Menteri Senior dan Menteri Koordinasi untuk Kebijakan Sosial Singapura Tharman Shanmugaratnam mengatakan negara ini menghadapi tantangan besar dan mendesak dalam enam bulan hingga satu tahun ke depan dengan hilangnya lebih banyak pekerjaan.
Komentarnya tersebut disampaikan setelah memimpin pertemuan pertama dewan yang terdiri dari banyak kelompok bisnis dan tokoh pemerintah untuk mencari peluang-peluang kerja baru.
“Sekitar 100.000 pekerjaan, baik permanen maupun sementara, serta peluang pelatihan dapat diciptakan dari inisiatif itu,” tutur Shanmugaratnam, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/6/2020).
"Tapi kita harus realistis. Dengan ketidakpastian belaka dalam ekonomi global, kita akan memiliki jauh lebih sedikit lowongan pekerjaan baru ketimbang pekerjaan yang hilang selama setahun ke depan, dan lebih lama jika kita tidak beruntung,” lanjut satu politikus terkemuka ini dalam sebuah unggahan di Facebook.
Cara pendekatan Singapura dalam menghadapi virus mematikan tersebut akan menjadi isu yang menentukan dalam pemilihan umum mendatang.
Baca Juga
Setelah mulai melonggarkan beberapa pembatasan yang diberlakukannya pekan ini untuk mendorong kembali kegiatan perekonomian, Negeri Singa tengah berupaya untuk mencegah bangkitnya kembali kasus virus corona setelah wabah yang berpusat pada sekumpulan pekerja migran berupah rendah mendongkrak jumlah kasus menjadi lebih dari 36.000.
Kendati demikian, Singapura tetap menjadi salah satu negara dengan angka kematian terendah akibat Corona dengan hanya 24 korban jiwa, dan tidak banyak pasien yang masih menjalani perawatan intensif.
Shanmugaratnam juga memperingatkan situasi pada banyak negara di mana tingkat pengangguran mencapai 10 persen atau lebih dan menjadi suatu kenormalan baru bagi pemerintah dan masyarakat.
“Tidak ada jumlah tunjangan pengangguran yang dapat mengimbangi kondisi tidak memiliki pekerjaan, juga untuk stagnasi sosial dan hilangnya optimisme tentang masa depan yang datang ketika sebagian besar populasi merasa berlebihan dan tidak teratur. Kita tidak boleh masuk ke dalam kondisi itu,” tandasnya.