Bisnis.com, JAKARTA - Aksi massa yang bermula dari protes atas kematian George Floyd akibat tindakan anggota polisi Minneapolis telah menyebabkan satu orang meninggal dunia.
Seorang pengunjuk rasa dilaporkan terbunuh di Louisville, Kentucky, ketika polisi dan pasukan Garda Nasional membalas melakukan tembakan saat mencoba membubarkan aksi massa.
Sementara itu Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkesan mulai kehilangan kesabaran menghadapi cara pemerintah negara bagian menghadapi aksi unjuk rasa akibat kematian George Floyd.
Trump mendesak para gubernur negara bagian bersikap tegas dan menindak para pelaku aksi protes ketidaksetaraan rasial yang melanda sejumlah kota di negeri itu.
Pemberlakuan jam malam telah diperpanjang untuk mencegah penjarahan dan vandalisme yang telah berlangsung seminggu.
Sementara itu di kota-kota seperti New York hingga Santa Monica, California, penduduk dan pemilik bisnis , hingga Senin sibuk menyapu pecahan kaca. Mereka membenahi kerusakan akibat aksi protes atas tindakan polisi yang berlebihan terhadap seorang warga kulit hitam hingga meninggal dunia.
Baca Juga
"Anda harus mendominasi," kata Trump kepada para gubernur melalui telepon pribadinya. "Jika Anda tidak mendominasi, Anda hanya membuang-buang waktu dan mereka akan melindas Anda dan Anda akan terlihat seperti sekelompok orang-orang payah," kata Trump seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (2/6/2020).
Trump mengatakan pemerintah federal akan mengambil tindakan sangat keras untuk mengatasi aksi protes yang belum bisa dipadamkan hingga Senin malam.
Puluhan kota di seluruh Amerika Serikat tetap berada di bawah aturan jam malam yang belum pernah terjadi sejak kerusuhan akibat pembunuhan aktivis hak-hak sipil Martin Luther King Jr tahun 1968. Pasukan elite Garda Nasional dikerahkan di 23 negara bagian.
Polisi di Chicago, kota terbesar ketiga di AS, setidaknya telah menerima lebih dari 10.000 laporan penjarahan, kata Wali Kota Lori Lightfoot.
Kerusuhan itu, yang meletus di saat AS melonggarkan penguncian yang panjang untuk menghentikan penyebaran virus Corona, berawal dari protes damai atas kematian seorang pria kulit hitam, George Floyd, akibat tindakan polisi di Minneapolis, Senin lalu.
CNN.com melaporkan kematian George Floyd sebagai pembunuhan dan memastikan dia meninggal karena "sesak napas akibat tekanan yang berkelanjutan". Temuan itu disebut bertentangan dengan pemeriksa medis.
Otopsi yang dilakukan pihak keluarga Floyd mengatakan tekanan ke leher dan punggung oleh lutut polisi menyebabkan kurangnya aliran darah ke otak korban.
“Floyd pada dasarnya "meninggal di tempat kejadian" di Minneapolis pada 25 Mei, kata Ben Crump, seorang pengacara keluarga kemarin.