Bisnis.com, JAKARTA - Duta Besar RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya menilai keberhasilan Selandia Baru dalam menangani pandemi virus corona atau Covid-19 tidak terlepas dari peran media arus utama.
Hal itu diungkapkannya dalam webinar yang digelar oleh Impact Hub Jakarta, Minggu (17/5/2020). Dalam analisisnya, dia menegaskan bahwa kondisi khusus setiap negara membuat langkah penanganan wabah suatu negara tidak dapat serta merta diterapkan di negara lain.
"Salah satu perbedaan yang sangat mencolok adalah 70 persen orang Selandia Baru masih membaca koran. Artinya mayoritas mendapatkan informasi yang sudah terverifikasi dari media-media arus utama," kata Tantowi.
Hal itu bukan berarti masyarakat Selandia Baru tidak bermain media sosial yang menjadi sumber kabar mutakhir dunia. Namun, Tantowi mengatakan masyarakat Selandia Baru bersikap positif dengan hanya mempercayai informasi dengan sumber yang jelas, sehingga hoaks mudah ditangkal.
Dengan begitu, menurut Tantowi, pemerintah menjadi sangat mudah menyampaikan informasi kepada masyarakat, terlebih jumlah media arus utama Selandia baru pun relatif tidak terlalu banyak.
"Komunikasi pemerintah dan rakyat sangat lancar, distorsi yang terjadi sangat minim, karena masyarakat tidak menggantungkan diri pada informasi sosial media yang tidak terverifikasi," ujar Tantowi menjelaskan.
Baca Juga
Di samping itu, komunikasi yang terjalin antarlembaga pemerintah juga berlangsung dengan baik dan dekat. Pihak pemerintah mengeluarkan kebijakan secara tegas melalui satu pintu.
Kolaborasi pemangku kepentingan, yakni pemerintah, parlemen, serta media juga dijalankan dengan solid, menurut pengamatan Tantowi.
"Jika sebelum Covid-19 mereka masih suka berbeda, setelah menghadapi satu musuh bersama ini terlihat kekompakan mereka. Oposisi tetap kritis, media tetap kritis, tapi kedewasaan membuat mereka paham sampai sejauh mana titik kritis tersebut," kata dia.
Selandia Baru mendapatkan apresiasi dunia atas upaya penanggulangan wabah di wilayah itu, khususnya dengan persiapan dan kesigapan dalam menutup perbatasan serta memberlakukan karantina wilayah atau lockdown.
Kasus Covid-19 pertama muncul di Selandia Baru pada 28 Februari, dan dalam waktu sekitar satu bulan pemerintah sudah menerapkan pembatasan sosial secara bertingkat. Hingga akhirnya saat ini mulai melonggarkan peraturan tersebut karena jumlah kasus baru terus menurun.
Dengan sekitar lima pekan karantina wilayah, Selandia Baru dapat menjaga jumlah kasus infeksi akibat virus corona itu dalam angka yang relatif rendah dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia, yakni 1.499 kasus positif dengan 21 kematian dan 1.433 kesembuhan.