Bisnis.com, JAKARTA — RF, mantan anak buah kapal atau ABK Long Xin 629, bercerita tentang munculnya penyakit aneh di kapal tempatnya bekerja. Penyakit itu membunuh tiga koleganya sesama ABK asal Indonesia dan berujung pada dilarungnya jasad mereka ke laut.
RF menceritakan penyakit itu mulai muncul di kapalnya sekitar November 2019. Korban pertama yang terjangkit penyakit itu ialah ABK bernama Sepri.
Gejala awalnya, kaki Sepri membengkak. Pembengkakan itu lalu menjalar ke betis, paha, badan, hingga wajah. Obat-obatan dan infus, kata RF, tak membuat kondisi kawannya itu membaik.
“Semua tubuh jadi bengkak,” kata RF saat dihubungi, Sabtu (9/5/2020).
Lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan akuntansi ini menuturkan bahwa organ terakhir yang diserang oleh penyakit ini adalah paru-paru.
Sepri mengalami sesak nafas hingga akhirnya meninggal pada 22 Desember 2019. Jenazahnya dilarung ke laut pada hari yang sama.
Menurut RF, penyakit serupa juga menjangkiti dua temannya yang lain, Muhammad Alfatah dan Ari. Alfatah yang akhirnya meninggal dengan gejala serupa dengan Sepri, jasadnya kemudian dilarung ke laut pada 27 Desember 2019, sedangkan Ari pada 30 Maret 2020.
RF mengatakan bahwa para ABK asal Indonesia sempat memprotes rencana kapten kapal melarung jasad kawan-kawannya ke laut. Para ABK mengusulkan agar jasad itu ditaruh di peti untuk disimpan di lemari pendingin, lalu dibawa ke daratan.
“Itu praktik yang lazim selama saya melaut,” kata pria 27 tahun ini. Namun, kapten kapal menolak dengan alasan khawatir penyakit itu akan menjangkiti ABK lain.
Selain itu, kata RF, kapten mengatakan bahwa jarak daratan terlalu jauh, sedangkan persediaan solar menipis.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Kamis (7/5/2020) mengatakan bahwa pelarungan jenazah sudah atas persetujuan keluarga. Kendati demikian, dia tetap meminta agar keterangan ini diselidiki lebih lanjut.
Keterangan Menteri Retno berbeda dengan RF yang mengatakan bahwa tidak ada persetujuan keluarga itu. “Kata keluarganya sih, enggak.”
RF mengaku tak mengetahui penyebab penyakit yang dialami teman-temannya. Dia menduga penyakit disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat, seperti kerja lebih dari 18 jam sehari, makan-makanan yang tidak layak, dan minum dari sulingan air laut. “Setiap saya minum, bangun pagi badan saya terasa sempit, kayak sesak nafas gitu.”
Menurut RF, kapal Long Xin berhenti mencari ikan ketika penyakit aneh ini mulai menyebar. Para ABK, katanya, jadi waswas dan khawatir tertular penyakit. Mereka mendesak agar segera dipulangkan. Kapten kapal Long Xin akhirnya memindahkan ABK Indonesia ke kapal pencari ikan Tian Yu 8.
Kapal Tian Yu 8 ini yang membawa para ABK ke Pelabuhan Busan, Korea Selatan pada April 2020, sedangkan Long Xin langsung kembali ke Cina.
Di Pelabuhan Busan, RF kaget karena banyak papan peringatan Covid-19. Ini pertama kalinya dia dan ABK yang lainnya mengetahui bahwa dunia sedang dilanda pandemi Covid-19.
Para ABK dikarantina selama 14 hari sesuai protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Pada hari kedua karantina, seorang ABK lainnya, Effendi meninggal dengan gejala sesak nafas dan batuk darah. RF ragu penyakit aneh yang menyebar di kapal Long Xin adalah Covid-19. Pasalnya selama 14 bulan berada di kapal itu, tak sekalipun mereka pernah berlabuh.