Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance atau Indef mengidentifikasi sentimen terhadap staf khusus milenial Presiden Joko Widodo bersifat ekstrem, persentase tinggi.
Temuan itu berasal dari penulusuran big data ihwal 86.400 perbincangan yang berasal dari 55.700 akun di Twitter terkait kinerja staf khusus milenial Jokowi. Riset itu dilakukan dalam kurun waktu 7 sampai dengan 17 April 2020.
“Dengan analisis sentimen big data ini, hasilnya sangat mengejutkan di mana 94,97 persen bersifat negatif. Sisanya hanya 5.03 persen bernada positif,” kata Ekonom senior Indef Didik J Rachbini melalui keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Jakarta, pada Kamis (30/4/2020).
Didik mengatakan perbincangan tentang surat Andi Taufan kepada seluruh camat mendapat sorotan paling banyak dari publik yaitu sekitar 8.300 kali dengan sentimen negatif sebesar 92 persen.
Setelahnya, perbincangan staf khusus yang melakukan twit atau cuitan layaknya buzzer diperbincangkan tidak kurang dari 611 kali.
“Diikuti dengan perbincangan tentang konflik kepentingan Belva dengan Kartu Prakerja,” ujarnya.
Baca Juga
Dia merinci persepektif publik terkait staf khusus milienial Jokowi di Twitter sebagai berikut:
Andi Taufan Garuda Putra, 92 persen dari 8300 obrolan mengenai “stafsus surati camat untuk kepentingan perusahaan sendiri.”
Billy Mambrasar, 92 persen dari 611 obrolan mengenai stafsus setara dengan menteri dan stafsus rasa buzzer.
Adapun Adamas Belva Syah Devantara, 90 persen dari 250 obrolan mengenai konflik kepentingan: RuangGuru menjadi bagian dari Kartu Prakerja
Putri Indahsari Tanjung, 98 persen dari 170 obrolan mengenai belum adanya kontroversi
Angkie Yudistia, 72 persen dari 136 obrolan mengenai hoaks tentang corona
Ayu Kartika Dewi, 98 persen dari 20 obrolan mengenai stafsus paling relevan sekarang Ini
Dari tujuh staf khusus Presiden Jokowi dari kalangan muda, ada dua orang yang sudah mengundurkan diri yaitu CEO Ruangguru, Adhamas Belva Devara, dan CEO PT Amartha Mikro Fintek, Andi Taufan Garuda Putra.
Keduanya dikritik karena Ruangguru terlibat dalam pengadaan Kartu Prakerja bernilai triliunan rupiah dan Amartha terlibat dalam program Relawan Desa Lawan Covid-19 melalui suratnya kepada para camat se-Indonesia.