Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah pandemi global COVID-19, sejumlah pengembang properti di Inggris masih melakukan aktivitas pembangunan properti dalam skala kecil.
Kendati demikian, situasi ini diprediksi tak akan begitu berpengaruh untuk menyelamatkan target penjualan rumah di Negeri Elizabeth.
Seperti dilansir Bloomberg, dalam laporan terbarunya Knight Frank LLP memprediksi penjualan properti Inggris bakal mengalami penurunan 35 persen ketimbang target awal tahun pemerintah. Artinya, kemungkinan pada akhir tahun angkanya bakal ada di kisaran 678.000 unit.
"Para pengembang tidak bisa bergerak normal karena dilema pada pembatasan sosial. Mereka juga kesulitan mempertahankan kinerja pekerja terampilnya," ujar Justin Gaze, Kepala Pengembang Hunian Knight Frank.
Ini bukan kali pertama Knight Frank memprediksi penurunan. Sebelumnya, bulan Maret 2020 lalu mereka memperkirakan penjualan akhir tahun bakal turun di kisaran 734.000 unit.
Adanya perkiraan penurunan tambahan sebesar 56.000 dalam sebulan terakhir disebut Justin tidak lepas dari fakta bahwa dampak corona di Inggris lebih buruk dari perkiraan awal.
Baca Juga
Bila kondisi ini berlanjut, bukan tak mungkin perkiraan Knight Frank bakal turun lagi. Sebab, selain keterbatasan kemampuan pengembang, daya beli masyarakat juga akan terus merosot.
"Masalahnya bukan cuma soal kapan bisa meningkatkan kualitas produksi. Ada banyak aspek penting yang saling berkesinambungan terhadap ketersediaan bahan baku, distribusinya, dan isu buruh," sambung Justin.
Bila prediksi Knight Frank benar terealisasi, artinya pukulan corona terhadap industri properti Inggris begitu besar. Pasalnya, tahun lalu saja industri properti Inggris bisa menjual 1.175.000 hunian.
Sebagai catatan, saat ini kasus positif COVID-19 di Inggris sudah melampaui 150.000 orang. Jumlah kematian di negara tersebut telah menyentuh angka 20.732 jiwa.