Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pengamat ekonomi dan peternakan mengkhawatirkan potensi kelangkaan daging di AS.
Kekhawatiran ini bukan tanpa sebab. Menurut data United Food & Commercial per Jumat (24/4/2020), sudah ada 25 persen perusahaan produsen daging babi dan 10 persen perusahaan produsen daging sapi di Negeri Paman Sam berhenti beroperasi.
"Apa yang saat ini belum banyak disadari publik adalah fakta bahwa dalam beberapa bulan ke depan, negara ini bisa menghadapi kelangkaan daging dan logistik lain. Saya benci mengatakannya, tapi bukan hanya restoran, sepertinya supermarket juga akan mengalaminya," ujar CEO Mike's Franchise System, Peter Cancro seperti dilansir Bloomberg.
Terakhir, pada Kamis (23/4), perusahaan besar seperti Tyson Foods Inc. juga melakukan penutupan sejumlah cabang di Pasco dan Washington karena kekhawatiran karyawan mereka terjangkit Covid-19.
Tanda-tanda kelangkaan setidaknya sudah tampak dari naiknya harga pasaran daging di AS selama 3 hari terakhir. Kenaikan terbesar berlaku untuk bagian perut babi yang ditaksir bisa mencapai 137 persen, demikian menurut data Bloomberg.
Di sisi lain, Departemen Pertanian AS belum bisa mencari jalan keluar karena mereka tengah digoyang persebaran corona. Perkembangan terakhir menyebutkan bahwa lebih dari 100 inspektur Departemen Pertanian AS terjangkit Covid-19 ketika sedang melakukan pendataan logistik.
Baca Juga
Kasus merebak di kalangan inspektur ini pula yang dikhawatirkan menghambat pergerakan ekonomi AS dan berpotensi bikin periode lockdown makin panjang.
"Jujur saja, saat ini ketakutan kami [bukan soal logistik], tapi justru pada kondisi persebaran virus di kalangan orang-orang Departemen Pertanian," ucap Mike Callicrate, seorang pejabat dan advokat asal Kansas.