Bisnis.com, JAKARTA - Tanggapan Presiden AS Donald Trump terhadap pandemi virus corona, yang pernah dia anggap sebagai hoax, menuai kritik keras dari warganya sendiri karena dinilai tidak pantas dan tidak bertanggung jawab.
Berkat Trump, reputasi Amerika sebagai pemimpin dan mitra internasional yang aman, dapat dipercaya dan kompeten kini berada di ambang kehancuran.
"Respon pemerintah Trump yang egosentris, serampangan dan intoleran [terhadap isu Covid-19] pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian triliunan dolar AS dan ribuan kematian yang sebenarnya dapat dicegah," tulis Stephen Walt, profesor hubungan internasional di Harvard, seperti dikutip melalui Guardian, Senin (13/4).
Menurut Walt, bukan itu saja kerusakan yang dapat dialami AS. Kegagalan kebijakan Washington berpotensi menodai reputasi sebuah negara yang selama ini dikenal dengan cara kerja mereka yang efektif. Pergeseran sikap seperti ini dapat menjadi kebiasaan permanen, Walt memperingatkan.
Sejak menjabat pada tahun 2017, Trump dianggap telah menghina mitra Amerika, merusak aliansi multilateral dan memilih konfrontasi daripada kerja sama.
Sanksi, embargo dan boikot yang ditujukan untuk China, Iran dan Eropa telah memecah belah relasi global.
Beberapa waktu lalu, Trump dikaitkan atas hilangnya kargo 200.000 masker medis yang ditujukan kepada Berlin hilang di Thailand. Tidak ada bukti keterlibatan Trump di sini, namun beberapa orang percaya bahwa hal ini sangat mungkin dia lakukan.
“Kami menganggap ini sebagai tindakan pembajakan modern. Ini bukan cara memperlakukan mitra transatlantik. Bahkan di saat krisis global, kita tidak boleh menggunakan taktik alam liar," kata Andreas Geisel, seorang politisi Berlin terkemuka.
Orang Eropa sudah cukup kesal dengan laporan yang menyebutkan bahwa Trump berupaya memperoleh hak monopoli atas vaksin virus corona yang sedang dikembangkan oleh Jerman. Ditambah lagi dengan larangan perjalanan warga Uni Eropa ke AS yang diberlakukan bulan lalu tanpa konsultasi atau justifikasi ilmiah.
Reputasi AS tidak hanya rusak di mata orang-orang Eropa. Negara anggota G7 bahkan menyampaikan kekecewaan mereka melalui sebuah pernyataan bersama terkait penanggulangan pandemi yang tidak kunjung disepakati karena Trump bersikeras menyebutnya sebagai 'virus Wuhan', cara kasarnya untuk menyalahkan China.
"Pertempuran Trump melawan multilateralisme telah mengubah sistem yang bahkan merusak format G7 hingga tidak lagi berfungsi. Tampaknya virus corona telah menghancurkan sisa-sisa terakhir dari tatanan dunia," menurut Christoph Schult dalam tulisannya di majalah Der Spiegel.