Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Kota Ho Chi Minh tengah mengupayakan persetujuan Perdana Menteri Vietnam untuk menghentikan operasi Pou Chen Corp., pembuat sepatu atletik terbesar di dunia.
Pemerintah kota yang memiliki pasien virus Corona kedua terbanyak setelah Hanoi mengkhawatirkan penyebaran virus ini akan meluas jika operasi pabrik yang mempekerjakan 70.000 karyawan itu tidak dihentikan.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (13/4/2020), Kantor Wali Kota Ho Chi Minh dalam keterangan tertulisnya mengatakan wabah tidak hanya akan memengaruhi pekerja, tetapi juga karyawan di perusahaan tetangga dan empat provinsi yang berbatasan.
Kota itu telah mengusulkan penangguhan operasi selama tiga hari mulai Senin, 13 April 2020, bertepatan dengan hari-hari terakhir dari perintah karantina selama 15 hari yang diberlakukan pada tanggal 1 April 2020. Walikota Nguyen Thanh Phong mengatakan dalam pernyataannya bahwa penangguhan produksi dimaksudkan untuk memastikan keselamatan pekerja di tengah pandemi yang sedang berkembang.
Pou Chen merupakan produsen sepatu atletik dan kasual terbesar di dunia, juga melayani merek internasional seperti Nike, Adidas, dan New Balance. Kelompok ini memproduksi lebih dari 300 juta pasang sepatu per tahun dan menyumbang sekitar 20 persen dari nilai grosir gabungan dari pasar sepatu atletik dan kasual global bermerek.
Kota Ho Chi Minh pekan lalu mengeluarkan seperangkat indikator untuk menilai risiko infeksi pada perusahaan dalam upaya untuk membendung wabah. Suatu perusahaan diharuskan untuk menghentikan operasi jika skornya lebih dari 80 persen, sedangkan skor Pou Chen yakni 81 persen.
Baca Juga
Menurut pernyataan pejabat perusahaan yang bertemu pihak berwenang pada Jumat pekan lalu, Pou Chen akan mematuhi keputusan dan memperpanjang penangguhan jika perintah isolasi tidak dicabut setelah 15 April 2020.
Pou Chen akan berupaya membatasi risiko infeksi, dengan langkah-langkah yang mencakup, jam mulai kerja yang diubah, pemeriksaan suhu, penggunaan masker wajah dan jarak sosial. Seorang perwakilan di Pouyuen mengatakan dia belum pernah mendengar tentang rencana penutupan oleh perusahaan.
Hingga Senin, 13 April 2020, Vietnam diketahui memiliki 262 kasus virus Corona, termasuk 144 pasien yang sudah sembuh.