Bisnis.com, JAKARTA — China menyatakan bahwa mereka telah mendata 1.541 pasien baru COVID-19 yang asimtomatik pada Senin (30/3/2020).
Masih belum bisa dipastikan apakah jumlah tersebut hanya terdiri dari pasien yang sudah berada dalam karantina atau termasuk mereka yang sudah sembuh dan dipulangkan.
Seperti dilansir Bloomberg, Selasa (31/3), laman resmi Komisi Kesehatan Nasional China menyampaikan dari jumlah tersebut, 205 kasus di antaranya melibatkan orang-orang yang datang dari luar negeri.
Polemik mengenai kasus tanpa gejala, pertama kali muncul setelah Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang mendesak pejabat-pejabat lokal untuk memprioritaskan perluasan pelacakan dan screening atas orang-orang yang terinfeksi COVID-19 tapi tidak menunjukkan gejala. Desakan ini turut dipicu sorotan domestik maupun internasional terkait banyaknya kasus di Negeri Panda.
Menariknya, di China, kasus COVID-19 tanpa gejala tak diklasifikasikan sebagai kasus terkonfirmasi. Ini adalah aspek yang patut disayangkan dari penanganan corona di negara tersebut karena dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah virus corona di China belum benar-benar berlalu.
Kendati demikian, China sudah menegaskan bahwa mereka bakal segera membenahi metode itu. Mereka akan terus mencari kasus positif asimtomatik untuk kemudian diklasifikasikan ke dalam golongan kasus terkonfirmasi.
Baca Juga
Kasus tanpa gejala biasanya hanya dapat diidentifikasi setelah melalui tes. Negara-negara yang punya kapasitas pengujian terbatas umumnya tak banyak bisa mendeteksi kejadian semacam ini.
Di China, hingga saat ini, sudah ada lebih dari 81.000 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi, belum termasuk kasus tanpa gejala. Sebagian besar telah dinyatakan sembuh.
Negara ini kini “hanya” memiliki 2.161 pasien yang dikarantina di rumah sakit, menurut data Komisi Kesehatan setempat per Senin (30/3).