Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angka Klaim Kebangkrutan di Singapura Melonjak 47% pada Januari 2020

Menurut data terbaru dari Kantor Kepailitan Kementerian Hukum Singapura, jumlah orang yang mengajukan pailit melonjak 47% dari tahun sebelumnya menjadi 434 pada Januari 2020, tertinggi sejak Oktober 2004.
Warga mengenakan masker sebagai bentuk pencegahan atas virus corona, di area Chinatown di Singapura, Senin (10/2/2020)./Bloomberg-Seong Joon Cho
Warga mengenakan masker sebagai bentuk pencegahan atas virus corona, di area Chinatown di Singapura, Senin (10/2/2020)./Bloomberg-Seong Joon Cho

Bisnis.com, JAKARTA - Singapura tengah bersiap untuk menghadapi risiko kebangkrutan yang melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir bahkan sebelum pandemi virus corona melanda.

Menurut data terbaru dari Kantor Kepailitan Kementerian Hukum Singapura, jumlah orang yang mengajukan pailit melonjak 47% dari tahun sebelumnya menjadi 434 pada Januari 2020, tertinggi sejak Oktober 2004.

Dilansir melalui Bloomberg, jumlah perusahaan yang dinyatakan likuidasi melonjak menjadi 287 tahun lalu, tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2005.

Ekonomi Singapura yang sudah melambat sekarang menuju penyusutan karena dampak dari virus corona membanting perdagangan dan pariwisata.

Kondisi kemungkinan akan memicu lebih banyak bisnis dan individu bangkrut, yang mengarah pada peningkatan kredit macet di bank termasuk DBS Group Holdings Ltd. bahkan saat mereka meringankan persyaratan pinjaman.

Menurut Willie Tanoto, seorang direktur di tim Asia-Pacific Banking Fitch Ratings, langkah-langkah dukungan bank akan membantu menjembatani tantangan likuiditas jangka pendek untuk peminjam yang sehat.

“Tetapi kemampuan mereka untuk mencegah gagal bayar terbatas kecuali perlambatannya terbukti relatif singkat,” ujarnya seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (24/3/2020).

Analis Sanford C. Bernstein, Kevin Kwek dan Pranav Gundlapalle, memperkirakan kredit macet akan meningkat sementara penyaluran kredit terkontrasi akibat tekanan yang disebabkan dari krisis virus corona.

Menurut mereka, rasio kredit bermasalah untuk DBS dan Oversea-Chinese Banking Corp dapat diperkirakan naik menjadi 1,8% pada tahun ini dari 1,5% pada 2019. Sementara rasio kredit macet di United Overseas Bank Ltd. diperkirakan melonjak menjadi 1,9% dari 1,5%,

UOB mengatakan awal bulan ini bahwa biaya kredit macet kemungkinan akan naik lebih dari yang diperkirakan sebelumnya karena wabah dan penurunan harga minyak yang dramatis.

Adapun, para ekonom di Malayan Banking Bhd. memprediksi bahwa ekonomi Singapura mungkin menyusut 0,3% tahun ini, dengan potensi penurunan yang lebih parah jika lockdown di Malaysia berdampak buruk.

Pemerintah sedang mempersiapkan paket stimulus kedua disamping stimulus sebesar US$4,4 miliar yang dialokasikan bulan lalu untuk melawan penyebaran virus corona dan membantu bisnis serta konsumen.

“Aspek-aspek stimulus pemerintah memberikan bantuan yang ditargetkan untuk sektor-sektor yang paling terpukul, membantu mengisi kesenjangan permintaan, dan menambah kumpulan kredit bank untuk pinjaman yang layak secara komersial,” kata Tanoto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper