Bisnis.com, JAKARTA – Hampir semua emiten farmasi dan alat-alat kesehatan kini berusaha berkontribusi untuk melawan pencegahan pandemi Covid-19 atau virus corona yang mulai merajalela di Tanah Air.
Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mengkonfirmasi pihaknya akan berusaha berkontribusi lewat importasi beberapa alat-alat kesehatan.
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius menyebutkan saat ini perseroan sedang berusaha melakukan impor masker, alat pelindung diri (APD), rapid test, medium laboratorium dan lain-lain.
“Ini sedang dikerjakan (importasi alat kesehatan) karena produk-produk tersebut langka. Jadi belum bisa difinalkan kuantitasnya. Tapi kita akan ambil dalam jumlah yang memadai,” ujar Vidjongtius kepada Bisnis, Senin (23/3/2020).
Dihubungi terpisah, emiten distributor alat kesehatan PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) mengungkap pihaknya juga akan melakukan importasi 100.000 paket rapid test yang akan didatangkan dari Singapura pada April mendatang.
Sebagian pembelian alat tes imunitas tubuh itu disebutkan akan diberikan secara sukarela sebagai bagian dari corporate social responsibility perseroan yang akan didistribusikan ke rumah sakit yang membutuhkan.
Baca Juga
Direktur Itama Ranoraya Pratoto S. Raharjo mengatakan, penutupan perbatasan wilayah Singapura tidak akan menjadi kendala yang berarti karena proses izin untuk pembelian sejumlah paket rapid test sudah keluar.
“Perusahaan mempunyai harapan kasus corona ini segera berakhir, sehingga seluruh warga negara bisa hidup dengan tenang. Semua kembali normal,” tutur Pranoto kepada Bisnis, Senin (23/3/2020).
JAGA PASOKAN BAHAN BAKU
Sementara itu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) menyatakan kapasitas produksi kini masih terbilang aman untuk memenuhi kenaikan permintaan akan jamu dan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat.
Direktur Utama Sido Muncul, David Hidayat menyatakan bahan baku produk herbal Sido Muncul sendiri berasal dari dalam negeri berupa rempah-rempah dan empon-empon lokal sehingga belum mengganggu pasokan.
“Untuk stok barang masih aman, karena baru menambah kapasitas tahun lalu dengan melakukan modernisasi pengolahan cairan obat dalam menjadi 100 sampai 180 juta sachets per bulan. Mungkin kalau nanti pasokan jahe berkurang kita baru akan impor, sementara stok bahan baku masih cukup,” imbuh David.
Di sisi lain, emiten barang konsumsi PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) menyatakan pihaknya akan melakukan segala daya upaya untuk dapat meningkatkan produksi hand sanitizer perseroan yang populer dengan jenama Eskulin.
Direktur Keuangan Kino Indonesia, Budi Muljono mengatakan meski terdapat pertumbuhan penjualan dari segmen lain, namun perseroan berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi hand sanitizer yang merupakan produk andalan perseroan dalam menangkal penyebaran Covid-19.
“Yang pasti kami mengusahakan semaksimal mungkin. Kendala pasti selalu ada, tapi kami mengusahakan untuk mengatasi kesemuanya dengan secepat mungkin,” tuturnya.
Di lain pihak, pengamat kesehatan sekaligus juga mantan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Anung Sugihantono mengatakan dirinya sangat mengapresiasi aksi yang dilakukan beberapa perusahaan swasta untuk membantu pencegahan penyebaran penyakit infeksi tersebut menjadi lebih luas.
“Semua pihak ABGC, Akademisi, Business, Government dan Civil Society semua harus terlibat dengan dirigen yang jelas dan menguasai irama lagu. Saya melihat ini bukan masalah finansial, tapi leadership dan pengambilan keputusan,” pungkasnya.