Bisnis.com, JAKARTA - Tim medis rumah sakit dalam beberapa hari terakhir mendapatkan perhatian khusus dari para netizen di dunia maya karena jasanya dalam mengatasi wabah virus Corona (Covid-19). Di tegah riuh rendah apresiasi netizen, Presiden Joko Widodo pun memberikan suntikan tenaga tambahan.
“Termasuk juga saya minta Menteri Keuangan ini pemberian insentif bagi para dokter, perawat, dan jajaran rumah sakit yang bergerak dalam penanganan Covid-19 ini,” katanya membuka terbatas Laporan Tim Gugus Tugas COVID-19 melalui video conference di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Namun, Presiden tidak menjelaskan lebih jauh besaran insentif tersebut. Dari informasi terakhir, Kementerian Keuangan memang telah menganggarkan Rp1 triliun dari APBN untuk penanganan Covid-19 yang telah memiliki dampak sekelas bencana nasional ini.
Pun Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri juga menyiapkan beleid yang akan mempermudah penggunaan anggaran yang tersedia untuk menangani penyebaran virus.
Adapun kondisi Indonesia saat ini tidak bisa dianggap sepele. Ibu kota negara yang seharusnya menjadi benchmark fasilitas kesehatan di wilayah lain, tampak kewalahan menangani badai penyebaran virus.
Berdasarkan situs resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hingga Kamis (19/3/20202) pukul 07.00 WIB, sebanyak 208 orang telah terinfeksi virus Corona di wilayah Jakarta. Mereka tersebar di 124 kelurahan hampir di 5 kota administrasi.
Rasio kematian pasien virus Corona di Jakarta pun di atas rata-rata dunia. Saat secara global rasio kematian pasien sebesar 4 persen, ibu kota negara Indonesia ini justru melaporkan 8,2 persen, atau 17 pasien meninggal dari 208 kasus positif.
Catatan kasus tersebut pun diwarnai dengan ragam pelayanan kesehatan yang terbilang gagap. Setelah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dinyatakan positif Covid-19, jumlah masyarakat yang hendak melakukan pemeriksaan pun melonjak drastis.
Setelahnya, pemberitaan diwarnai dengan curhatan para pasien yang mengalami penolakan layanan dari rumah sakit. Ada juga ada yang menceritakan diisolasi bersama 6 pasien dalam pengawasan (PDP) di dalam ruangan berukuran 3x4 meter.
Sementara itu secara nasional, berdasarkan situs Kementerian Kesehatan, ada 224 orang yang telah terpapar. Angka tersebut didapat dari pemeriksaan lebih 2.300 spesimen.
Juru bicara penanganan Covid-19 untuk Indonesia, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa lonjakan pasien akan terus terasa. Namun dia tidak menyebutkan perkiraan jumlah pasien virus yang telah menyandang status pandemi itu di Indonesia nantinya.
Hari ini, Kamis (19/3/2020), Presiden Joko Widodo mengumumkan kebijakan teranyar untuk mengontrol penyebaran Covid-19. Indonesia akan melakukan rapid test atau tes cepat untuk mendeteksi indikasi awal.
Implikasi dari hal ini tentu cukup banyak. Spesimen yang diperiksa akan melonjak. Pun selanjutnya berpotensi diikuti oleh jumlah pasien positif.
Dalam hal itu kesiapan tenaga medis sangat diperlukan. Presiden tampaknya telah mengantisipasi hal tersebut.
Dia meminta Tim Gugus Tugas Covid-19 menyiapkan rencana kontigensi kesiapan layanan seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia. Hal ini juga harus disiapkan sampai ke tingkat daerah.
Apabila diperlukan, Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta, juga dapat dimanfaatkan untuk mengisolasi pasien terkait Covid-19. “Dan hotel BUMN yang juga bisa dipakai,” tambah Presiden.
Dengan demikian tenaga ekstra tim medis akan sangat dibutuhkan. Akan tetapi masyarakat tentu harus ikut berperan serta melawan virus yang telah menjadi musuh bersama ini.
Mengikuti anjuran pemerintah untuk belajar, berkerja, dan beribadah di rumah menjadi penting. Karena seperti jargon para tenaga medis yang beredar luas di dunia maya, “I stayed at work for you, you stay at home for us”.