Bisnis.com, JAKARTA - Beijing akan mengarantina semua pelancong dari luar negeri, termasuk warga negara China sendiri di lokasi yang ditentukan selama 14 hari setelah pemerintah mengalihkan fokusnya untuk membatasi kasus virus corona yang berasal dari luar negeri.
Mulai tengah malam pada hari Senin (16/3/2020), semua pendatang baru akan diawasi selama dua minggu, menurut penyataan pemerintah kota Beijing seperti dikutip Bloomberg, Senin (16/3/2020).
Keputusan itu menujukkan mereka yang tinggal di kota itu tidak akan diizinkan untuk pulang kecuali dalam "keadaan darurat." Mereka juga harus menanggung biaya karantina sendiri.
Langkah baru tersebut merupakan yang paling ekstrem yang dilakukan oleh pemerintah pusat China sejauh ini terhadap para wisatawan asing agar tidak membawa patogen mematikan ke kota mereka.
Banyak negara telah membatasi pelancong dari negara dengan jumlah infeksi tinggi termasuk dari China dan Italia.
Adapun Selandia Baru menyatakan bahwa hampir setiap orang yang memasuki negara tersebut harus melakukan isolasi diri selama 14 hari.
Baca Juga
Beijing belum melaporkan kasus virus yang ditransmisikan secara lokal selama lebih dari seminggu. Semua dari 16 infeksi baru di kota itu sejak 7 Maret hingga 14 Maret berasal dari pelancong negara lain termasuk AS, Italia, dan Spanyol.
Pemerintah daerah juga memperingatkan dalam pernyataannya bahwa mereka akan menyelidiki siapa pun yang tertangkap berbohong tentang gejala mereka.
Setidaknya 12 orang yang terinfeksi virus yang masuk ke China dari luar negeri telah diselidiki karena menyembunyikan penyakit atau sejarah perjalanan mereka, menurut Hu Xijin, editor surat kabar Global Times dari Partai Komunis.
Sementara itu, kantor berita resmi Xinhua menuduh sejumlah politisi Amerika Serikat menggunakan isu virus corona sebagai senjata untuk memojokkan China. Kedua negara sebelumnya terlibat perang kata-kata terkait penanganan epidemi China.
Editorial itu menuduh Robert O'Brien, penasihat keamanan nasional AS, dan Sekretaris Negara Mike Pompeo telah menyebarkan "virus politik" dan menggunakannya untuk memojokkan Pemerintah China.
O'Brien mengatakan minggu lalu bahwa China bereaksi lambat terhadap virus corona. Dia mengatakan langkah China telah merugikan dunia karena terlambat dua bulan melakukan antisipasi. Pernyataan itu membuat marah China.
Pompeo mengatakan tanggapan AS terhadap wabah corona terhalang oleh apa yang disebutnya data tidak sempurna dari China.