Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump berbicara dengan Mohammed bin Salman melalui telepon kemarin, sebelum Putra Mahkota Arab Saudi itu menaikkan tensi perang harga minyak dengan meningkatkan kapasitas produksi.
Diskusi itu terjadi ketika Arab Saudi dan Rusia terlibat dalam pertempuran kekuatan ekonomi atas pasar minyak global. Akibatnya hal itu berimbas pada industri minyak serpih AS.
Gedung Putih kemudian mengonfirmasi panggilan itu, meskipun belum jelas apakah putra mahkota memberi tahu Trump tentang rencananya.
Dilansir Bloomberg, Rabu (11/3/2020), perbincangan itu terjadi sebelum pukul 5 pagi Selasa, 10 Maret 2020 di Washington, sebelum putra mahkota berusia 34 tahun itu meningkatkan perang harga minyak melawan Rusia dengan bergerak membanjiri minyak mentah ke pasar. Tindakan itu terjadi sehari setelah pasar minyak menderita kekalahan terdalam sejak 1991.
Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan pemicu awal perang harga karena menolak menurunkan kapasitas produksi di tengah wabah coronavirus karena menganggap kebijakan itu akan menguntungkan AS.
"Kemarin, Presiden Donald J Trump berbicara dengan Pangeran Mahkota Mohammad Bin Salman dari Kerajaan Arab Saudi. Presiden dan Putra Mahkota membahas pasar energi global dan masalah regional dan bilateral penting lainnya," kata juru bicara Gedung Putih Judd Deere dalam sebuah pernyataan, dilansir Australia Associated Press.
Baca Juga
Trump sebelumnya menyalahkan perseteruan harga minyak antara Rusia dan Arab Saudi dan menuding hal itu sebagai biang keladi harga saham AS. Namun Trump juga mengatakan penurunan harga minyak akan baik bagi konsumen AS.
Pertahanan Trump terhadap industri minyak dan serpih AS sangat penting bagi upaya pemilihan ulangnya tahun ini. Sektor ini memegang peranan penting bagi industri di Texas, yang merupakan salah satu negara bagian pemilihan utama dalam pemilihan presiden.