Bisnis.com, JAKARTA - Wabah virus corona (covid-19) yang juga menyebar di Jepang menjadikan penyelenggaraaan Olimpiade pada tahun ini dalam tanda tanya. Menurut ekonom BNP Paribas, SA Ryutaro Kono, pembatalan Olimpiade karena corona akan mengejutkan sistem keuangan Jepang.
"Selain hilangnya pengeluaran pariwisata inbound, Olimpiade yang dibatalkan akan memicu lonjakan kredit macet di sektor pariwisata dan real estat," kata Kono dilansir Bloomberg, Jumat (28/2/2020).
Dia melanjutkan, pemerintah kemungkinan harus menanggapi dengan dukungan pengeluaran untuk ekonomi dan dana talangan untuk bank-bank regional yang kesulitan.
Selain itu, Bank of Japan (BOJ) mungkin juga pada akhirnya akan memberikan pinjaman kepada sektor perbankan dengan harga negatif dan membeli lebih banyak dana yang diperdagangkan di bursa.
Dalam skenario terburuk, jika ekonomi global juga jatuh ke dalam resesi, Jepang dapat akan mengalami spiral negatif serupa dengan yang terjadi di Eropa pada 2010. Di mana pinjaman pemerintah kepada bank-bank yang merugi, justru menyebabkan kesulitan keuangan bagi negara. Pada gilirannya juga berdampak pada lingkaran perbankan.
"Sampai sekarang ada lebih dari beberapa orang yang khawatir tentang kemungkinan penurunan ekonomi setelah Olimpiade. Tetapi jika Olimpiade dibatalkan, ekonomi Jepang mungkin terpaksa menghadapi masalah dalam sistem keuangan itu sendiri, karena tingkat pertumbuhan yang diharapkan didorong turun," jelasnya.
Baca Juga
Perdana Menteri Shinzo Abe minggu ini mengumumkan penutupan sekolah di seluruh negeri dan menyerukan agar acara besar dihentikan, ditunda atau dikurangi. Jika situasi saat ini berlanjut, ekonomi Jepang dapat menyusut lebih dari 2 persen secara tahunan pada kuartal Januari hingga Maret.
Namun, Kono mengatakan kecil kemungkinan skenario terburuk akan terjadi, mengingat BOJ telah membeli utang pemerintah dan mempertahankan suku bunga pada tingkat yang sangat rendah.