Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Virus Corona Bakal Dominasi Topik Pertemuan G20

Ekonomi China terdampak penyebaran virus corona dan pada akhirnya mempengaruhi ekonomi global.
Para pemimpin negara-negara G20 berfoto bersama di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Buenos Aires, Argentina, Jumat (30/11/2018)./Reuters-Marcos Brindicci
Para pemimpin negara-negara G20 berfoto bersama di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Buenos Aires, Argentina, Jumat (30/11/2018)./Reuters-Marcos Brindicci

Bisnis.com, JAKARTA - Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari negara anggota G20 bakal bertemu pada Sabtu-Minggu (22-23 Februari) di Riyadh, Arab Saudi, di tengah hantaman wabah virus corona.

Konsensus ekonom meyakini wabah virus corona yang bermula di China ini bakal menekan permintaan dari negara ini dalam jangka pendek, yang kemudian bakal menganggu rantai pasokan global. Namun, dalam jangka panjang, para ekonom memprediksi adanya peluang penguatan ekonomi dunia.

Dalam laporannya, International Monetary Fund (IMF) menyebutkan ekspansi global pada tahun ini diperkirakan melaju moderat, setelah tertekan pada 2019 akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Laporan itu sekaligus membuktikan keoptimisan dunia terhadap peluang kebangkitan China seiring dengan mulai beroperasinya sejumlah pabrik di negara ini. Penutupan pabrik-pabrik di China memberikan efek negatif terhadap laju perdagangan, rantai pasokan global, industri pariwisata, dan sentimen ketidakpastian di pasar.

“Kami sedang mengawasi semuanya dengan seksama dan tidak menghapus kemungkinan terhadap risiko perlambatan,” kata Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda, dikutip dari Bloomberg, Sabtu (22/2/2020).

Sejumlah topik akan menjadi bahasan pada pertemuan G20 kali ini, termasuk mata uang digital, pengenaan pajak pada perusahaan teknologi, dan praktek pencucian uang.

Namun, tampaknya wabah virus corona bakal menjadi topik bahasan utama pada pertemuan ini. Beberapa ekonomi bahkan memproyeksi ekonomi China bakal terkontraksi pada kuartal awal tahun ini. Hal yang sama sudah terjadi pada Italia, Jepang, dan Prancis pada tahun lalu.

Data-data ekonomi yang dirilis Jumat (21/2/2020), memberikan peringatan terhadap prospek ekonomi global. Aktivitas bisnis di Amerika Serikat merosot untuk pertama kalinya sejak 2013, sedangkan indeks manufaktur di Australia dan Jepang melemah. Tak jauh berbeda, permintaan ekspor dari China menunjukkan penurunan di Korea Selatan.

“Jika pertumbuhan terus terkontraksi, pertanyaan kunci dari G20 adalah apakah anggotanya mampu memberikan respons tepat terhadap situasi saat ini. Dengan latar belakang nasionalisme yang menguat, perang dagang, ruang kebijakan yang terbatas, tujuan bersama mungkin sulit dicapai,” jelas Tom Orlik, Kepala Ekonom Bloomberg Economics di Washington.    

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper