Tipu Daya dalam Peta Jalan Damai
Pengamat masalah internasioanl, Marwan Bishara dari Aljazeera menilai Trump hanya berpura-pura terlibat berkonsultasi atau mendengarkan pihak Palestina. Bahkan, sikap yang sama juga ditunjukkan ketika melakukan penawaran pada Israel sebelum peta jalan damai selesai.
“Atas saran Netanyahu, Trump bertindak tanpa malu-malu untuk secara permanen mencabut partisipasi Palestina dalam negosiasi dan merampas tanah, kebebasan, dan martabat mereka,” katanya.
Pemerintahan Trump bersama Netanyahu juga mengemas peta jalan damai itu seolah-olah sebagai solusi permanen. Padahal, untuk menyelesaikan masalah pemukiman ilegal Israel di tanah Palestina yang diduduki, Trump melegalkannya dan diakui sebagai bagian dari Israel seperti tertuang dalam peta jalan damai versi Trump.
Untuk menyelesaikan masalah aneksasi ilegal Israel atas Yerusalem yang diduduki, Trump memintanya diakui sebagai Ibu Kota Israel dan tidak boleh dibagi.
Sedangkan, untuk menangani masalah pengungsi Palestina dan hak mereka untuk kembali ke kampung mereka, serta kompensasi yang tidak dapat dicabut, Trump ingin mencegah mereka untuk kembali.
Bahkan, Marwan melihat absurditas yang nyata dalam peta jalan damai itu seperti rencana Trump menginjak-injak resolusi 242 Dewan Keamanan PBB, yang mengharuskan Israel untuk kembali ke perbatasannya tahun 1967.
“Alih-alih mengakhiri sistem apartheid Israel di Palestina, Trump ingin melanjutkan dengan nama yang berbeda, setidaknya sampai janjinya untuk "negara", sementara Palestina terpenuhi, yang tidak memiliki kedaulatan atau kemerdekaan,” ujarnya seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (31/1/2020).