Bisnis.com, JAKARTA - Siemens AG memperkirakan pelemahan kinerja akan berlanjut, setelah laba kuartal akhir tahun lalu meleset dari perkiraan akibat penurunan tajam di bisnis otomotif, energi, dan pembuatan mesin.
Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis Siemens AG, dikutip dari Bloomberg, Rabu (5/2/2020), pendapatan sebelum dipotong bunga, pajak, dan amortisasi dari bisnis industrial merosot 30 persen menjadi 1,43 miliar euro (US$1,58 miliar).
Angka tersebut berbanding jauh dengan rata-rata proyeksi analis yang memperkirakan pendapatan perusahaan ini bakal mencapai 1,88 miliar euro.
Siemens memproyeksikan penurunan moderat pada bisnis software dan otomatisasi pada tahun ini, pelemahan yang sudah terlihat nyata pada kuartal akhir tahun lalu.
Perusahaan terbesar di Eropa ini juga harus menghadapi penurunan industri otomotif lebih tajam dan berpotensi tertekan akibat merebaknya virus Corona di China.
Rilis terkait pendapatan perusahaan ini diumumkan bersamaan dengan pertemuan pemegang saham tahunan,. Dalam pertemuan ini, Chief Executive Officer Joe Kaeser dipastikan mendapatkan tekanan dari aktivis lingkungan untuk menarik kontrak memasok peralatan ke perusahaan tambang batu bara Australia. Kontroversi itu bahkan memicu protes keras dari Greenpeace.
Sebelumnya, Siemens mengumumkan pihaknya akan meningkatkan kepemilikannya atas Siemens Gamesa Renewable Energy SA, sebuah perusahaan pembuat turbin angin. Hal itu dilakukan dengan pembelian saham Iberdrola SA senilai 1,1 miliar euro.
Seusai pemisahan bisnis energi, Siemens akan fokus pada bisnis pembuatan rel dan peralatan distribusi daya, serta perangkat lunak otomasi industri.