Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Perwakilan Rakyat AS memilih untuk menghentikan Presiden Donald Trump dari tindakan militer lebih lanjut terhadap Iran setelah Timur Tengah memanas akibat pembunuhan seorang komandan militer Iran dan serangan balasan rudal Iran atas serangan AS.
Resolusi itu dimenangkan dengan perbandingan suara 224 berbanding 194 di DPR yang dikuasai Partai Demokrat dengan hampir semua Partai Republik menentangnya.
Keputusan itu memerintahkan melarang Trump untuk menggunakan angkatan bersenjata AS melawan Iran tanpa persetujuan Kongres. Sekarang keputusan ada di Senat, yang dikendalikan oleh Partai Republik dan akan ada perdebatan alot.
Pemungutan suara itu dilakukan beberapa jam setelah Trump mengatakan bahwa komandan militer Iran Qassem Soleimani terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS di Irak pekan lalu lalu karena dia dituduh merencanakan peledakan kedutaan AS.
“Kami menangkap monster dan kami membawanya keluar dan itu seharusnya sudah lama dilakukan. Kami melakukannya karena mereka ingin meledakkan kedutaan kami, ”kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Pernyataan Trump tampaknya menegaskan apa yang diklaim bahwa dirinya disarankan intelijen bahwa membunuh Soleimani dan mengganggu plotnya akan lebih baik daripada kerugian apa pun yang mungkin dihadapi Washington.
Baca Juga
Seorang juru bicara Gedung Putih menyebut kekuatan perang yang disahkan DPR itu "konyol" dan bermotivasi politik seperti dikutip Reuters, Jumat 910/1). Langkah itu "dapat merusak kemampuan Amerika Serikat untuk melindungi warga Amerika yang [di mana] Iran terus berusaha untuk mencelakakannya," kata satu pejabat pemerintah AS itu.
Kemarin Iran menolak seruan Trump untuk membuat pakta nuklir baru dan para komandannya mengancam lebih banyak serangan. Ha itu memicu kekhawatiran bahwa jeda konflik AS-Iran bisa berumur pendek.
Iran menembakkan rudal pada hari Rabu di pangkalan-pangkalan di Irak sebagai balasan atas pembunuhan Soleimani dalam serangan pesawat tanpa awak AS di Baghdad pada 3 Januari lalu.
Akan tetapi Trump mengatakan tidak ada pasukan AS yang terluka dalam serangan itu dan Washington tidak ingin menggunakan "militernya yang hebat."