Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jika Berani Ganggu AS, Presiden Trump Ancam Serang 52 Titik di Iran

Pemerintah AS bakal melancarkan serangan jika Iran berani menyergap aset-aset milik AS, termasuk warga Negeri Paman Sam.
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam acara penandatanganan UU Otoritas Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2020 di Pangkalan Militer Gabungan (Joint Base) Andrews, Maryland, AS, Jumat (20/12/2019)./Reuters-Leah Millis
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam acara penandatanganan UU Otoritas Pertahanan Nasional untuk Tahun Fiskal 2020 di Pangkalan Militer Gabungan (Joint Base) Andrews, Maryland, AS, Jumat (20/12/2019)./Reuters-Leah Millis

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden AS Donald Trump mengancam akan menyergap 52 lokasi di Iran jika negara Timur Tengah itu menyerang warga maupun aset milik AS.

Pernyataan itu disampaikannya menyusul serangan udara oleh militer AS yang menewaskan komandan militer Iran Qassem Soleimani di Irak, Jumat (3/1/2020).

Melalui akun Twitter resminya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (5/1), Trump menyatakan AS sudah menetapkan 52 lokasi yang dikuasai Iran sebagai target di mana beberapa di antaranya sangat penting bagi Iran dan budaya Iran. Dia menekankan target-target tersebut dan Iran sendiri, akan diseang dengan sangat cepat dan sangat kuat.

Trump menerangkan jumlah 52 target itu merujuk pada 52 warga AS yang disandera di Iran setelah Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Teheran diserang dan diambil alih pada 1979.

"AS tidak mau ada ancaman lagi!" tegasnya.

Soleimani dan rombongannya diserang di bandara Baghdad. Korban tewas lainnya dalam peristiwa itu adalah pemimpin kelompok militan Irak Abu Mahdi al-Muhandis, yang mendapat sokongan dari Iran.

Peristiwa itu membawa hubungan AS dengan Iran ke level baru dan meningkatkan tensi di Timur Tengah.

Dalam dua pembicaraan telepon berbeda, Raja Salman dari Arab Saudi berbicara dengan Presiden Irak Berham Saleh dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman berbincang dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi. Dua pembicaraan itu membahas hal yang sama, yakni bagaimana memitigasi dampak peristiwa itu dan menekan eskalasi di kawasan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper