Bisnis.com, JAKARTA – Mantan CEO Nissan Carlos Ghosn menjadi buronan internasional setelah Interpol mengeluarkan status red notice. Dia melarikan diri dari Jepang untuk menghindari proses hukum terkait kasus pelanggaran keuangan.
Dikutip dari Assocated Press, Jumat (3/1/2019), Menteri Kehakiman Libanon Albert Serhan mengatakan negaranya akan mengerjakan kewajibannya dalam kasus ini. Dia menjelaskan bahwa Ghosn masuk ke Libanon menggunakan paspor resmi. Dia juga meragukan kemungkinan Libanon akan menyeragkan Ghosn ke Jepang.
Penetapan status buronan ini menjadi babak terbaru dari pelarian Ghosn. Dia melarikan diri dari Jepang melalui tiga benua, menggunakan pesawat pribadi, dan beberapa paspor. Pemerintah Turki tengah melakukan investigasi tentang hal ini, karena diduga dia melewati negara itu untuk sampai ke Libanon.
Bagi Libanon, Ghosn datang bukanlah pada waktu yang tepat. Negara ini tengah menghadapi kebuntuan politik yang melumpuhkan. Libanon juga tengah menghadapi krisis ekonomi terparah dalam beberapa dekade terakhirnya.
Lebanon kini harus menangani red notice yang dikeluarkan Interpol. Pemberitahuan itu bersifat tidak mengikat kepada lembaga penegak hukum di seluruh dunia. Red notice juga bukan berarti surat perintah penangkapan. Dengan kata lain, status ini dan tidak mengharuskan Libanon untuk menangkap Ghosn.
Tak lama setelah pemberitahuan itu diumumkan Interpol, Ghosn kembali membuat geger dengan menyampaikan komentar terkait pelariannya dari Jepang. Kali ini, dia menampik tuduhan bahwa istri dan keluarga berperan dalam proses tersebut.
“Tuduhan di media bahwa istri saya, Carole, dan anggota keluarga saya lainnya berperan dalam kepergian saya dari Jepang adalah salah dan menyesatkan. Saya sendiri yang mengatur kepergian saya. Keluarga saya tidak berperan, ” katanya dikutip dari APNews, Jumat (3/1/2019).
Ghosn yang memiliki status warga negara Lebanon dan memegang paspor Prancis dan Brasil itu dijadwalkan untuk diadili di Jepang pada April 2020. Namun, dia berhasil melarikan diri pada Senin (30/12/2019) waktu setempat melalui Turki.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan sehari setelah melarikan diri, Ghosn membela diri dengan mengatakan bahwa pelarian ke Libanon dilakukan untuk menghindari ‘penganiayaan politik’ oleh ‘sistem peradilan Jepang yang curang’.
Hingga kini, cara Ghosn melarikan diri dari Jepang di saat dia masih dalam status bebas bersyarat masih menjadi misteri. Tim kuasa hukum Ghosn sebelumnya mengatakan bahwa semua paspor dan dokumen yang dibutuhkannya untuk keluar negeri masih berada di tangan mereka. Meski begitu, Pemerintah Libanon mengatakan bahwa Ghosn masuk ke negaranya dengan menggunakan paspor prancis yang sah