Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi hari ini mengajukan pengunduran diri ke parlemen di tengah berlanjutnya protes anti-pemerintah di ibukota Baghdad dan di Irak bagian selatan.
Jumat lalu Abdul Mahdi mengumumkan akan mengundurkan diri di tengah tekanan yang meningkat sehari setelah lebih dari 40 demonstran tewas oleh pasukan keamanan.
Pengunduran diri secara formal datang setelah sidang kabinet darurat kemarin. Para menteri menyetujui dokumen pengunduran diri dan staf kunci, termasuk kepala staf Abdul Mahdi.
Parlemen Irak dijadwalkan bertemu pada hari ini dan para legislator akan memilih apakah akan menerima pengunduran diri Abdul Mahdi.
Pengumuman itu juga datang setelah pemimpin agama Syiah Irak menyatakan menarik dukungan bagi pemerintah. Hal itu disampaikan dalam khotbah Jumat.
Dalam pidato yang direkam sebelumnya, Abdul Mahdi mengatakan jika parlemen menerima pengunduran dirinya maka kabinet tidak dapat mengesahkan undang-undang baru dan membuat keputusan penting.
Undang-undang yang ada tidak memberikan prosedur yang jelas bagi anggota parlemen untuk mengakui pengunduran diri Abdul Mahdi, kata pejabat dan pakar Irak.
Aturan kabinet memungkinkan perdana menteri untuk mengajukan pengunduran dirinya kepada presiden, tetapi tidak ada undang-undang khusus yang menentukan tindakan yang harus dilakukan jika diserahkan ke parlemen.
Sementara itu para pengunjuk rasa dilaporkan membakar ban dan mengepung sebuah kantor polisi di kota Nasiriya, Irak selatan.
Sumber mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 25 orang terluka dalam bentrokan di Nasiriya dekat markas polisi dan jembatan Zaytouna.