Bisnis.com, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membantah kabar bahwa Maluku berada di tubir jurang dan akan ambles jika terjadi longsor di palung laut.
"Maluku tidak berada di tubir jurang. Memang ada palung laut tapi bukan jurang seperti dibayangkan oleh masyarakat yang bisa longsor begitu saja," kata Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam (P2LD) LIPI Nugroho Dwi Hananato seperti dilansir dari Antara, Sabtu (12/10/2019).
Pernyataan itu disampaikan menyusul beredarnya gambar data permukaan dasar laut Maluku yang disebut-sebut hasil foto satelit tiga dimensi. Gambar itu juga dibarengi informasi posisi Pulau Ambon dan Pulau Lease yang tepat berada di tubir jurang palung laut terdalam dunia.
Gambar itu menyebutkan Pulau Ambon, Pulau Lease, dan Pulau Seram bakal ambles jika terjadi longsor bawah laut, seperti yang terjadi terhadap Tanjung Elpaputih. Wilayah itu disebut bukan dihantam tsunami, tapi jatuh menghilang ke dalam Palung Seram, seabad lalu.
Nugroho menegaskan berbagai kabar itu tidak benar karena tidak didasari landasan dan fakta ilmiah. Masyarakat pun diimbau untuk tidak panik dan khawatir akan terjadi bencana seperti yang beredar.
"Itu bukan foto tiga dimensi tapi gambar data batimetri atau morfologi dasar laut yang dikirimkan dari satelit. Gambarnya diperkecil jadi jaraknya terlihat dekat tapi sebenarnya jaraknya jauh," terangnya.
Baca Juga
Ahli geologi itu menjelaskan palung laut terdalam di dunia bukan di Maluku, melainkan Palung Mariana di Kepulauan Mariana, Filipina yang memiliki kedalaman sekitar 11.000 meter di bawah permukaan laut.
Sementara itu, palung terdalam di Maluku berada di Laut Banda yang kedalamannya diproyeksi 7.700 meter di bawah permukaan laut.
Nugroho melanjutkan bebatuan penyusun lereng bawah laut di dalam zona subduksi seperti Laut Banda umumnya tersusun oleh campuran kerak benua dan kerak samudera sehingga tidak mudah patah maupun longsor. Selain itu, belum ada bukti maupun fakta ilmiah bahwa longsor lereng Palung Banda juga dapat menenggelamkan ketiga pulau tersebut.
"Kesimpulan itu terlalu dini. Kita tidak bisa berandai-andai, tidak gampang tiba-tiba longsor dan semuanya ikut tenggelam, tidak demikian. Batuan-batuan di dalam zona subduksi tersusun oleh campuran antara kerak benua, kerak samudera, keras sekali," paparnya.
Selain gempa besar, kestabilan lereng dan jenis bebatuan penyusun lereng bawah laut juga menjadi faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap longsor lereng palung laut.
Nugroho menambahkan gempa dengan magnitudo 6,5 yang di terjadi di Ambon dan sekitarnya pada 26 September 2019, serta gempa-gempa susulan yang lebih kecil, tidak dapat memicu longsor di Palung Banda.
"Gempa besar sekali yang terjadi di bawah laut yang memicu longsor, kalau gempanya hanya berskala 5,2 atau 3,2 atau enam koma berapa tidak akan memicu longsor di daerah ini, kurang kuat," ucapnya.