Bisnis.com, JAKARTA--Taiwan menuding China tengah mempraktikkan 'ekspansionisme otoriter' di Pasifik. Hal ini merujuk pada laporan mengenai rencana China menghadirkan militernya di dua negara Pasifik yang baru-baru ini memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
"Kami telah melihat laporan bahwa China tertarik untuk membuka kembali stasiun radar ini di Kiribati dan membangun pangkalan angkatan laut di Provinsi Barat Kepulauan Solomon," ujar Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan dalam forum kerja sama antara negara-negara di Pasifik, dikutip dari Reuters, Senin (7/10/2019).
"Dari perspektif strategis jangka panjang, teman-teman dan mitra yang berpikiran sama harus benar-benar khawatir apakah Pasifik akan tetap bebas dan terbuka, dan apakah para aktor kunci mengikuti tatanan internasional berbasis aturan," lanjutnya.
Wu mendesak negara-negara termasuk Amerika Serikat untuk membendung langkah China untuk mengurangi kehadiran Taiwan di Pasifik.
"Saya tentu tidak ingin melihat Pasifik berubah menjadi Laut Cina Selatan yang lain, dengan kita semua suatu hari mengeluh bahwa sudah terlambat bagi kita untuk melakukan apa pun," kata Wu, merujuk pada langkah China untuk membangun instalasi militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang di perairan yang disengketakan.
Bulan lalu, Kepulauan Solomon dan Kiribati memutuskan untuk mengakui Cina dan meninggalkan Taiwan. China sendiri selama ini mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian wilayah provinsinya yang tidak memiliki hak menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
Setelah ditinggalkan Solomon dan Kiribati, jumlah sekutu diplomatik Taiwan di Pasifik hanya tersisa empat negara, yakni Palau, Kepulauan Marshall, Tuvalu, dan Nauru. Saat ini, secara keseluruhan Taiwan memiliki ikatan diplomatik resmi dengan 15 negara.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China belum dapat dimintai komentar mengenai pernyataan Taiwan tersebut.