Bisnis.com, JAKARTA – Korea Utara dilaporkan menembakkan sedikitnya dua rudal balistik dari wilayah pesisir timurnya pagi ini Rabu (2/10/2019) waktu setempat.
Dilansir dari Bloomberg, peluncuran ini dilakukan hanya beberapa jam setelah pemerintahan Kim Jong-un menyatakan akan melanjutkan diskusinya yang mandek dengan Amerika Serikat (AS) mengenai program nuklir.
Ihwal penembakan rudal balistik ini dilaporkan oleh pemerintah Jepang, sementara militer Korea Selatan belum mengidentifikasi proyektil-proyektil dimaksud yang ditembakkan dari Wonsan, Provinsi Kangwon.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga mengatakan salah satu rudal tampak mendarat di zona ekonomi eksklusif Negeri Sakura di dekat prefektur Shimane. Sementara itu, tak ada keterangan yang memberikan perincian jarak tempuh proyektil ataupun jalur terbangnya.
Korea Utara, yang memiliki kebiasaan meningkatkan pertaruhan dalam berurusan dengan AS melalui provokasi militer, terakhir kali meluncurkan rudal sekitar sebulan lalu, hanya beberapa jam setelah menyatakan bahwa pihaknya bersedia untuk memulai kembali perundingan nuklir dengan AS.
Peluncuran rudal Rabu pagi ini pun dilakukan setelah media pemerintah Korea Utara melaporkan akan memulai kembali pembicaraan denuklirisasi pada Sabtu (5/10/2019).
Baca Juga
Mengutip perkataan Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui, Korean Central News Agency (KCNA) mengabarkan bahwa perwakilan Korea Utara siap untuk menghadiri diskusi dan mengharapkan peningkatan hubungan AS-Korea Utara.
“Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan kontak pendahuluan sehari sebelum diskusi,” ujar Choe, tanpa menyebutkan di mana pertemuan itu akan berlangsung.
Sebelum menembakkan rudalnya, Korea Utara diketahui mengkritik pengerahan jet tempur siluman baru oleh Korea Selatan, yang melakukan tampilan publik pertamanya dalam hari militer pada Selasa (1/10).
Pemerintah Korut telah menembakkan sedikitnya 15 rudal dalam 10 uji coba militer berbeda sejak Mei, sekaligus memperpanjang jumlah peluncuran oleh rezim ini sejak Presiden AS Donald Trump memerintah.
Dalam sebuah pertemuan pada 30 Juni di zona demiliterisasi yang membagi Semenanjung Korea, Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Trump sepakat untuk mengadakan diskusi dalam hitungan pekan berikutnya.
Namun kedua pihak belum juga bertemu lagi sejak saat itu untuk membahas perincian kesepakatan pelucutan senjata.
Hingga saat ini, hanya sedikit kemajuan yang telah dicapai antara kedua pemimpin menuju kesepakatan mengenai program nuklir Korea Utara.
Sementara itu, para ahli senjata mengatakan Korea Utara telah menambahkan bahan fisil ke dalam arsenal nuklirnya serta meningkatkan kemampuan untuk meluncurkan serangan nuklir terhadap AS juga sekutu-sekutunya, yakni Jepang dan Korea Selatan.