Presiden Filipina Rodrigo Duterte
Sosok lain yang mirip-mirip dengan era kepemimpinan Perang Dunia II adalah Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Siapa yang tidak kenal dengan Duterte yang memerintah dengan tangan besi. Akan tetapi tindakan tanpa ampun yang dilakukannya ditujukan pada pemberantasan
Banyak pihak menudingnya melanggar hak asasi manusia, namun dia tetap bergeming.
Duterte menganggap jika bukan dia, Filipina lebih baik dipimpin oleh seorang ditaktor lantaran praktik korupsi dan perdagangan narkoba masih membudaya di negara Asia Tenggara itu.
Kekaguman Duterte terhadap Marcos mengundang banyak kontroversi. Masih banyak warga yang trauma atas pemerintahan otoriter Marcos selama dua dekade sejak 1965, ketika ribuan orang ditahan, dibunuh, dan disiksa di bawah hukum darurat militer 1970-an.
Duterte pun pernah menyebut parlemen Eropa sebagai 'kelompok orang gila' ketika membalas kecaman mereka terhadap perang narkoba yang dilancarkannya secara berdarah-darah. Duterte malah menyatakan bahwa semua pengedar akan dibunuh.
Menurut laporan kelompok hak asasi manusia korban tewas terkait narkoba selama Duterte berkuasa mencapai lebih dari 5.000 orang.
Dibandingkan era pemerintahan Josef Stalin ketika memerintah Uni Soviet pada Era Perang Dunia II, tentu jumlah korban tewas itu tidak sebanding. Stalin dilaporkan membunuh dan memenjarakan puluhan juta orang.
Banyak orang di Uni Soviet, yang saat ini menjadi Rusia, mati kelaparan karena kebijakannya. Dia melembagakan rezim penindasan politik total, di mana siapa pun yang dianggap musuh terbunuh tanpa pengadilan dan dilemparkan ke kuburan massal.
Tidak hanya itu, di bawah Duterte, hukuman mati yang telah dihapus pada 2006, diupayakannya untuk dihidupkan kembali. Akan tetapi, bagi rakyat Filipina Duterte disebut ‘Trump dari Timur’ merujuk pada kepemimpinan Presiden AS Donald Trump yang juga memerintah dengan tangan besi.