Bisnis.com, JAKARTA - "Tahun 2016 adalah tahun ketika penggunaan narasi sinis 'kita vs mereka' yang penuh kebencian, dan ketakutan menjadi menonjol di seluruh dunia dalam tingkat yang tidak pernah terlihat sejak 1930-an."
Demikian sebuah kutipan yang cukup menarik dari pernyataan Sekretaris Jenderal Amnesty International, Salil Shetty dalam sebuah artikel yang dimuat situs berita CNN.com.
Sekilas, ungkapan Shetty seperti berlebihan kalau tidak mau disebut sebagai sebuah pernyataan yang bombastis. Apalagi dengan menyebut kondisi setelah terpilihnya Presiden AS Donald Trump tersebut mirip-mirip ketika ketika Adolf Hitler naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada 1933.
Akan tetapi, apa yang disebut Amnesty itu cukup beralasan ketika mengambil contoh Trump yang terpilih pada 2016 dan sejumlah pemimpin dunia lainnya yang tergolong kontroversial.
Dalam laporan tahunannya, Amnesty menyebut Presiden Donald Trump sebagai contoh dari 'politik kemarahan dan pecah belah.'