Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Berencana Kembangkan Rudal Jarak Menengah, Rusia dan China Bereaksi

Rencana Amerika Serikat mengembangkan peluru kendali jarak menengah mendapat reaksi dari Rusia dan China.
Ilustrasi-Prajurit AS berjalan dekat peluncur rudal pertahanan Patriot saat latihan di pangkalan miliiter di Sochaczew, dekat Warsawa (21/3/2015)./Reuters-Franciszek Mazur-Agencja Gazeta
Ilustrasi-Prajurit AS berjalan dekat peluncur rudal pertahanan Patriot saat latihan di pangkalan miliiter di Sochaczew, dekat Warsawa (21/3/2015)./Reuters-Franciszek Mazur-Agencja Gazeta

Bisnis.com, PBB  - Rencana Amerika Serikat mengembangkan peluru kendali jarak menengah mendapat reaksi dari Rusia dan China.

Dua negara itu meminta Dewan Keamanan PBB untuk bertemu pada Kamis terkait "pernyataan pejabat AS soal rencana mengembangkan dan mengerahkan rudal jangka menengah," menurut permohonan yang dilihat oleh Reuters.

Moskow dan Beijing ingin menggelar pertemuan dengan dewan beranggotakan 15 negara tersebut di bawah agenda "ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional". Kedua negara juga telah meminta agar kepala urusan gencatan senjata PBB, Izumi Nakamitsu, memberi pengarahan singkat kepada badan tersebut.

Pentagon pada Senin mengatakan pihaknya menguji coba rudal jelajah yang dikonfigurasi secara konvensional, yang menghantam targetnya setelah terbang lebih dari 500 km, uji coba pertama rudal jenis itu sejak AS mundur dari Pakta Nuklir Jarak Menengah (INF) era Perang Dingin dengan Rusia.

Uji coba tersebut akan dilarang berdasarkan pakta INF, yang melarang rudal berbasis darat dengan jangkauan antara 310 hingga 3.400 mil, mengurangi kemampuan AS dan Rusia meluncurkan serangan nuklir dalam waktu singkat.

Washington secara resmi mundur dari pakta bersejarah dengan Rusia pada 2 Agustus setelah memastikan bahwa Moskow melanggar pakta tersebut, tuduhan yang dibantah oleh Kremlin.

Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu, mengatakan AS kini dalam posisi akan mengerahkan rudal jelajah darat baru ke Rumania dan Polandia, skenario yang ia anggap sebagai ancaman dan harus direspons Moskow.

Sementara itu AS mengaku tidak berencana mengerahkan rudal darat baru ke Eropa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, pada Selasa mengatakan bahwa uji coba tersebut memperlihatkan AS sedang memprovokasi konflik dan perlombaan senjata baru, yang akan menjadi dampak negatif dan serius bagi keamanan kawasan juga global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper