Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Segera Mulai Aktivitas di Reaktor Nuklir Arak

Hal itu disampaikan oleh Kepala Organisasi Energi Atom Iran kepada Parlemen pada pekan ini.
Petugas keamanan berdiri di depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr, sekitar 1.200 kilometer (km) selatan Teheran, Iran, Sabtu (21/8/2010)./Reuters-Raheb Homavandi
Petugas keamanan berdiri di depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr, sekitar 1.200 kilometer (km) selatan Teheran, Iran, Sabtu (21/8/2010)./Reuters-Raheb Homavandi

Bisnis.com, JAKARTA -- Iran akan segera memulai aktivitas di reaktor nuklir Arak, di tengah ketidakpastian kelanjutan kesepakatan nuklir damai antara negara itu dengan negara-negara adidaya.
 
Kepala Organisasi Energi Atom (Atomic Energy Organization/AEO) Iran Ali Akbar Salehi mengatakan pihaknya bakal memulai kembali aktivitas di reaktor nuklir air berat Arak. Air berat merupakan salah satu komponen yang digunakan di reaktor untuk memproduksi plutonium, bahan baku yang dipakai di rudal nuklir.
 
Hal itu disampaikan Salehi kepada Parlemen Iran, seperti dikutip Reuters dari kantor berita ISNA, Minggu (28/7/2019).
 
Pada awal Juli 2019, Presiden Iran Hasan Rouhani menyampaikan Teheran akan meningkatkan level pengayaan uraniumnya dan memulai kembali operasional Arak setelah 7 Juli 2019, jika negara-negara peserta perjanjian nuklir damai tidak membantu melindungi Iran dari berbagai sanksi AS.
 
Setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan keluar dari kesepakatan itu pada 2018, kelanjutan perjanjian tersebut tampak mengambang. Meski negara-negara Eropa, terutama Prancis dan Jerman, berupaya membujuk Iran untuk tetap berada dalam kesepakatan tersebut, tapi Iran menilai tawaran yang disampaikan tidak bisa melindungi mereka dari kebijakan AS.

Kesepakatan ini tercapai pada 2015, yang mana intinya adalah Iran sepakat menghentikan aktivitas nuklirnya untuk sementara waktu dengan ganti dicabutnya sanksi AS, terutama sanksi ekonomi. Namun, Trump menilai Iran tak sungguh-sungguh menurunkan pengayaan nuklirnya dan capaian yang telah dipenuhi Iran dipandang tidak mencukupi untuk melanjutkan perjanjian tersebut.

Selain AS, Prancis, dan Jerman, negara lain yang ikut serta dalam perjanjian ini adalah China, Rusia, Inggris, dan Uni Eropa (UE). 
 
Di luar Arak, ada tiga fasilitas nuklir lain yang telah dikembangkan oleh Iran yakni Bushehr, Darkhovin, dan Fordow. Posisi Iran di Timur Tengah pun makin menjadi perhatian setelah terjadi beberapa insiden penahanan dan penyitaan kapal tanker minyak di Selat Hormuz. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper