Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran: Tak Ada Lagi Negosiasi Selain Perjanjian Nuklir 2015

Iran memperingatkan negara industri maju bahwa mereka tidak akan bisa menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik daripada Perjanjian Nuklir 2015 setelah Amerika Serikat (AS) bersumpah bahwa Republik Islam itu tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir.
Wakil Presiden AS Mike Pence/Reuters
Wakil Presiden AS Mike Pence/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Iran memperingatkan negara industri maju bahwa mereka tidak akan bisa menegosiasikan kesepakatan yang lebih baik daripada Perjanjian Nuklir 2015 setelah Amerika Serikat (AS) bersumpah bahwa Republik Islam itu tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir.

Tehran pada hari Senin(8/7/2019)  mengancam untuk memulai kembali proses deaktivasi sentrifugal selain meningkatkan pengayaan uranium murni menjadi 20 persen. Langkah  itu jauh melampaui perjanjian yang ditinggalkan Washington tahun lalu.

Perang kata-kata terakhir terjadi pada hari yang sama ketika Iran mulai memperkaya uranium hingga 4,5 persen. Proses itu melanggar batas yang ditentukan dalam perjanjian 2015 yang ditandatangani mantan presiden Barack Obama.

Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan perjanjian internasional itu hanya menunda Iran untuk memperoleh senjata nuklir sekitar "kira-kira satu dekade". Memberikan miliaran bantuan ekonomi bisa digunakan Iran untuk melancarkan serangan "teroris," ujarnya.

“AS tidak akan pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir", ujar Pence mengatakan kepada organisasi Kristen pro-Israel pada hari Senin seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (9/7/2019).

"Iran harus memilih antara melindungi warganya atau terus mendanai proksi yang menyebarkan kekerasan dan terorisme ke seluruh wilayah dan menghembuskan kebencian terhadap Israel," katanya.

Pence menambahkan sanksi AS telah berhasil "memotong" kemampuan Iran untuk mendukung kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah.

Dia juga menuduh Iran telah meningkatkan "aktivitas memfitnah dan kekerasan di wilayah itu" selama beberapa bulan terakhir.

Ketegangan di kawasan itu meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah tanker pembawa bahan bakar diledakan di dekat Selat Hormuz dan Iran menjatuhkan drone pengintai militer AS.

Penembakan drone hampir menyebabkan serangan militer AS terhadap Iran. Serangan itu dibatalkan pada menit terakhir oleh Presiden AS Donald Trump. Namun AS telah mengirim ribuan tentara, kapal induk, pembom B-52 berkemampuan nuklir, dan jet tempur canggih ke Timur Tengah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper