Bisnis.com, JAKARTA – Partai Amanat Nasional pada pemerintah Jokowi-JK tiga kali berubah sikap. Dari oposisi lalu ke koalisi. Pada pilpres 2019 menjadi oposisi. Pada periode kedua Jokowi mereka belum menentukan sikap.
Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno mengatakan bahwa partainya tidak pernah menjadi oposisi hingga mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjadi peserta pilpres.
“Jadi saya kira itu kita merasakan berada di luar pemerintah seperti apa. Ketika itu selama 10 bulan kami di luar pemerintahan, ya pandangan pribadi saya ‘sesak napas’,” katanya di Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Eddy menjelaskan bahwa itu tidak membuat partai patah semangat dan tidak bisa menunjukkan jati diri serta identitas partai.
Lalu untuk periode kedua Jokowi, PAN punya tiga opsi yaitu opisisi yang tidak bergabung dengan pemerintah, bergabung dengan pemerintah, atau berada di tengah-tengah konstruktif kritis.
“Tapi pertanyaannya kembali, PAN ketika saat ini masuk ke dalam parlemen. Kita adalah partai dengan perolehan kursi yang berbeda dengan 2014. Nomor urut yang berbeda dengan 2014 di parlemen. Jadi kalau kita mempertimbangkan 44 kursi parlemen, dengan mempertimhangkan beberapa gugatan [di Mahkamah Konstitusi], apakah itu sudah signifikan?” jelasnya.
Baca Juga
Saat ini PAN adalah partai di parlemen dengan jumlah perolehan kursi di posisi 8 dari 9 partai. Di sisi lain partainya harus mendapat posisi yang cukup sentral di parlemen.
“Jadi kalau sahabat-sahabat saya di daerah mengatakan oposisi, oposisi, opisisi. Saya l bisa katakan, ‘oke kita pertimbangkan. Tapi jangan sampai saya harus mengambil sikap oposisi dan berlawanan teman-teman lain untuk kita bekerja sama di parlemen’,” ucapnya.
Untuk menentukan sikap ini, PAN akan melakukan rapat kerja nasional untuk menentukan arah partai. Agenda ini dilakukan pada Agustus.