Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas di Texas, Amerika Serikat melaporkan ada tujuh migran dari Amerika Tengah yang tewas akibat gelombang panas. Seorang wanita, dua bayi, dan seorang balita ditemukan tewas di dekat Rio Grande, Texas Selatan, perbatasan AS-Meksiko pada Minggu (23/6/2019).
Pihak berwenang setempat mengatakan bahwa wanita dan ketiga anak tersebut mungkin telah tewas selama berhari-hari sebelum ditemukan oleh Patroli Perbatasan AS. Mereka memperkirakan keempatnya tewas akibat gelombang panas dan dehidrasi.
Petugas Patroli Perbatasan AS juga menemukan mayat dua orang pria di sebuah perternakan dekat Carrizo Springs setelah mendapat panggilan anonim pada 19 Juni dan 20 Juni yang memberitahukan bahwa ada migran yang melarikan diri.
Pada 20 Juni, petugas juga menemukan mayat lain yang telah membusuk di tepi sungai Rio Grande dekat Normandy.
"Suhu ekstrem selama periode tahun ini bisa berakibat fatal," kata Kepala Agen Patroli Sektor Del Rio, Raul Ortiz, dikutip dari Reuters, Selasa (25/6/2019).
Penangkapan migran tidak berdokumen pada Mei lalu mencapai angka tertingginya sejak 2006. Lebih dari 60% dari mereka yang ditangkap, baik anak-anak atau keluarga, datang untuk mencari suaka.
Pemerintahan Trump telah menetapkan batas pada berapa banyak orang yang dapat mengklaim suaka tiap harinya di tiap titik masuk. Dengan waktu tunggu untuk wawancara yang mencapai berbulan-bulan, terkadang para migran nekat mengambil risiko menyeberang ke perbatasan untuk mendapatkan suaka.
Penyelundup juga terkadang membahayakan nyawa para migran dengan menurunkan mereka ke daerah-daerah terpencil atau mengirim mereka melintasi Rio Grande dengan rakit darurat.
Pada awal bulan ini, seorang gadis berusia 6 tahun dari India ditemukan tewas akibat gelombang panas di bagian barat Arizona setelah penyelundup meninggalkan sekelompok migran di lokasi terpencil di gurun. Kemudian tiga anak dan seorang lelaki Honduras diyakini tewas pada April ketika rakit mereka terbalik di Rio Grande dekat Del Rio.
Pada 2018, petugas Patroli Perbatasan melaporkan ada 283 kematian migran di perbatasan. Aktivis hak asasi manusia mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi karena mereka yakin masih banyak migran yang tidak ditemukan. Selain itu, data Patroli Perbatasn juga tida mencakup semua kematian yang terdaftar oleh pihak berwenang setempat.