Bisnis.com, JAKARTA - Investor mengkhawatirkan belum adanya tanda-tanda hubungan AS-China bakal mencair, padahal pertemuan G-20 akan digelar pekan depan. Bahkan kekhawatiran ini menggeser harapan pemangkasan suku bunga Federal Reserve.
Dilansir melalui Reuters, Sabtu (22/6/2019), S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi pada Kamis (20/6/2019) setelah bank sentral AS mengatakan siap untuk menurunkan suku bunga jika diperlukan dalam menghadapi risiko yang meningkat termasuk perang perdagangan AS-China.
Namun, indeks acuan itu kemudian bergejolak pada Jumat (21/6/2019) karena harapan kemajuan perdagangan mengimbangi kekhawatiran mengenai ketegangan AS-Iran.
Indeks berjangka S&P 500 turun 0,32 persen ke 7,726.25 sedangkan indkes saham S&P 500 index turun 0,13 persen ke 2950,46 pada penutupan perdagnagn Jumat.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan the Fed pekan ini, Ketua Jerome Powell mengatakan sementara prospek ekonomi tetap 'menguntungkan'. Di samping itu, risiko terus tumbuh, termasuk hambatan peningkatan ketegangan perdagangan pada investasi bisnis AS dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi di luar negeri.
"Investor tidak perlu kesepakatan lengkap di G-20 untuk menambah kepercayaan di pasar, melainkan kepastian meredanya ketegangan dalam perdagangan," kata Kepala Ekonom dan Kepala Strategi Ekonomi Makro Manulife Investment Management Toronto, Frances Donald.
Senada, Kepala Strategi Pasar Global Wells Fargo Investment Institute di St. Louis Missouri, Paul Christopher, mengatakan yang terbaik yang bisa diharapkan pasar dari G-20 adalah jabat tangan dan komitmen untuk melanjutkan pembicaraan.
"Jika Anda melihat penurunan tarif, atau bahkan kemajuan persahabatan yang menghilangkan eskalasi, maka itu akan direspons pasar dengan bullish yang besar," kata Jared Woodard, Ahli Strategi Investasi Global BofA Merrill Lynch Global Research.
Dia memperkirakan S&P bisa naik di atas 3.000 jika pertemuan G-20 berjalan dengan baik. Tetapi jika tidak ada kemajuan, indeks patokan bisa jatuh kembali turun ke 2.750.
"Pada saat itu investor akan mengharapkan respons yang lebih agresif dari The Fed atau nada yang lebih damai dari presiden," kata Woodard.