Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat telah memerintahkan penarikan diplomat dan staf perwakilannya di kedutaan besar di Baghdad dan konsulat jenderal di Arbil, Irak.
Langkah ini diambil menyusul memanasnya hubungan AS dan Iran setelah Teheran memutuskan untuk melanjutkan pengayaan uranium dan menarik diri dari sebagian komitmen perjanjian nuklir.
Lewat keterangan resmi yang dirilis Kedutaan Besar AS di Baghdad, Washington menyatakan layanan visa normal di dua perwakilan akan dihentikan untuk sementara akibat penarikan tersebut.
Dalam pernyataan tersebut, Washington juga merekomendasikan para staf yang terdampak untuk segera meninggalkan Irak yang berbatasan langsung dengan Iran.
AS sendiri memang tak memiliki misi perwakilan di Iran sejak kantor kedutaan mereka menjadi sasaran demonstrasi dan sejumlah diplomatnya disandera dalam krisis 1979.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan keputusan untuk menarik staf non-darurat dilakukan atas dasar keamanan. Namun ia tak memperinci lebih jelas jumlah petugas yang ditarik.
"Memastikan keamamnan staf pemerintah dan warga AS adalah prioritas utama kami dan kami yakin dengan kemampuan staf keamanan Irak dalam melindungi kami," ungkap jubir Kemlu AS seperti dikutip Reuters, Rabu (15/5/2019).
"Namun ancaman ini serius dan kami ingin mengurangi risiko yang membahayakan," sambungnya.
Iran secara resmi menarik sebagian komitmennya dari perjanjian nuklir 2015 yang merupakan hasil kesepakatannya dengan AS beserta Inggris, China, Rusia, Prancis, dan Jerman.
Penarikan diri ini dilakukan Iran setelah AS secara sepihak berhenti tunduk pada perjanjian tersebut dan melanjutkan sanksi yang menyasar perekonomian Teheran.
Selain ancaman keberlanjutan nuklir, Selasa lalu militer AS juga menyampaikan kekhawatiran soal kemungkinan serangan terhadap pasukan AS yang berada di Iran. Namun seorang komandan Inggris menilai ancaman yang ditebarkan Iran hanyalah "perang psikologis".