Bisnis.com, ROMA – Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Italia berupaya mendorong meningkatnya nilai perdagangan dan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Italia. Hal itu dilakukan seiring dengan prospek investasi dan ekspor yang bisa dilakukan di negara Spagheti tersebut.
Dubes RI untuk Italia Esti Andayani mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir Italia memiliki kebijakan ‘Melihat ke Timur’ dan ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat kerja sama perdagangan dan ekonomi.
“Dengan kebijakan yang kemungkinan sejak 5 tahun lalu, Italia mungkin ingin memperluas pasarnya. Ini mengingat pasar di sini mulai jenuh untuk produk-produk mereka dan mereka mulai melihat ke Timur, dan Asean berkembang sangat stabil,” kata Dubes Esti kepada Bisnis, di sela-sela acara jamuan buka puasa dengan Delegasi Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI di Wisma Indonesia di Roma, Selasa (14/5/2019) malam.
Turut hadir dalam acara tersebut Ketua BKSAP Nurhayati Ali Assegaf, Wakil Ketua BKSAP Dave Akbarshah Fikarno, dan anggota delegasi di antaranya Muhidin M. Said, Roy Suryo, Jerry Sambuaga dan Rofi Munawar.
Delegasi BKSAP DPR RI bertfoto bersama dengan Dubes RI untuk Italia Esti Andayani usai jamuan Buka Puasa di Wisma Indonesia Roma, Selasa (14/05/2019) malam waktu Roma./Bisnis-Siti Munawaroh
Esti menuturkan Italia membentuk Asosiasi Asean-Italia yang bertujuan untuk mendekatkan diri ke negara-negara Asean. Tidak hanya pelaku bisnis di negara ini, Italia juga mengajak pemikir dan mahasiswa di negaranya untuk mengenal lebih jauh ke Timur.
“Sekarang kami tidak selalu menganggap investasi menjadi penting meskipun investasi di masa saya meningkat cukup tinggi. Justru sekarang saya melihatnya, mampu tidak kita [pelaku usaha Indonesia] berinvestasi di Italia. Yang penting lagi perdagangannya harus meningkat,” papar Dubes Esti.
Nilai perdagangan Indonesia dengan Italia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak 2016. Saat ini total perdagangan mencapai US$3,7 miliar dengan surplus bagi Indonesia senilai US$80,7 juta (per 2018).
“Sekarang baru sekitar US$ 3 miliar lebih, kita harusnya bisa lebih tinggi lagi karena Italia ini nomor tiga di Eropa, setelah Jerman dan Belanda. Peluangnya masih banyak sekali. Saya pikir ini yang harus kita kejar,” tegasnya.
Dubes Esti mencontohkan, salah satu produk Indonesia yang memiliki prospek cerah untuk pasar ekspor Italia adalah produk kosmetik yakni bulu mata palsu. Nilai penjualan produk bulu mata palsu buatan Indonesia di Italia pada tahun ini diperkirakan mencapai hingga US$8 juta. Pada 2017, nilai transaksi penjualan produk bulu mata palsu ini hanya US$ 5 juta, lalu meningkat mencapai US$8 juta pada tahun lalu.
“Tidak pernah ada orang yang menyangka bulu mata palsu asal Purbalingga laku sekali di Italia. Setelah melihat itu, kami berpikir ada produk-produk kecantikan lainnya dari Indonesia yang potensial untuk diekspor dan itu mulai diperkenalkan. Kami juga mulai kembali mempromosikan batik,” papar Esti.
Lebih lanjut, Esti mengutarakan KBRI terus melakukan upaya untuk mempromosikan potensi Indonesia melalui berbagai kegiatan dan seminar. Langkah tersebut pada tahun ini semakin ditingkatkan, seiring momentum perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Italia.
“Di bulan Mei ini kami menggelar banyak kegiatan, seperti seminar dua babak 70 tahun Indonesia-Italia. Kami perkuat peranan Asean dan peranan Indonesia di Asean, lalu bagaimana membangun kerja sama ekonomi antara Italia dan negara-negara Asean, khususnya Indonesia,” imbuhnya.
Selain menargetkan peningkatan nilai perdagangan Indonesia dengan Italia, Esti juga berharap people to people contact antara kedua negara dapat lebih tinggi lagi.
“Itu dengan sangat mudah kita lakukan kalau lebih banyak lagi pertukaran pelajar, lebih banyak lagi mahasiswa untuk belajar di sini. Banyak tempat kuliah bagus dan beasiswa di Italia. KBRI terbuka untuk memfasilitasinya,” tutup Esti.