Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koalisi Prabowo-Sandi Pecah?

Pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Komandan Komando Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan pernyataan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera agar menghentikan seruan 2019 ganti presiden tidak bisa dianggap koalisi Prabowo-Sandi pecah.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani (tengah), Ketua DPP PAN Yandri Susanto (kiri), Sekjen PAN Eddy Soeparno (kedua kiri), Sekjen PKS Mustafa Kamal (kedua kanan) dan Wasekjen PAN Damayanti Hakim (kanan) saling berjabat tangan bersama usai menggelar pertemuan koalisi pengusung Prabowo-Sandi di kawasan Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (18/9). Partai pengusung bakal calon Presiden-Wakil Presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sepakat menggunakan nama Koalisi Indonesia Adil Makmur dalam Pilpres 2019./Antara
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani (tengah), Ketua DPP PAN Yandri Susanto (kiri), Sekjen PAN Eddy Soeparno (kedua kiri), Sekjen PKS Mustafa Kamal (kedua kanan) dan Wasekjen PAN Damayanti Hakim (kanan) saling berjabat tangan bersama usai menggelar pertemuan koalisi pengusung Prabowo-Sandi di kawasan Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (18/9). Partai pengusung bakal calon Presiden-Wakil Presiden, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sepakat menggunakan nama Koalisi Indonesia Adil Makmur dalam Pilpres 2019./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pertemuan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Komandan Komando Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan calon presiden Joko Widodo atau Jokowi, serta pernyataan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera agar menghentikan seruan 2019 ganti presiden memunculkan anggapan koalisi Prabowo-Sandi pecah.

Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan bahwa terlalu dini mengatakan bahwa  koalisi parpol pengusung Prabowo-Sandi pecah. Pasalnya, setiap perhelatan pemilu tidak ada koalisi yang relatif solid.

“Selalu koalisi menang dan calon presiden yang menang akan dikerubuti. Kecenderungannya begitu,” katanya saat dihubungi, Senin (6/5/2019).

Siti menjelaskan bahwa ini karena partai lebih memilih oportunis dan menikmati kekuasaan, dengan begitu idealisme mereka ditinggalkan.

Ini tentu akan berpengaruh di legislatif. Partai koalisi akan lebih gemuk, sehingga tidak ada yang menjadi pengkritik kebijakan pemerintah. Akan tetapi, Siti tidak terlalu mengkhawatirkan demikian, karena pola politik di Indonesia berbeda.

“Dulu pada pemerintahan Pak SBY [Susilo Bambang Yudhoyono] yang paling vokal mengkritik adalah Golkar meski di koalisi. Jadi tidak jamin koalisi akan solid karena karakter bisa bermetamorfosis,” jelasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Demokrat Hinca Panjaitan memberikan klarifikasi atas pertemuan Agus yang juga putra SBY dengan Jokowi.

Tidak ada pembicaraan bergabung ke Jokowi yang berdasarkan hitung cepat lembaga survei memenangkan pemilihan presiden.

“Sampai saat ini Koalisi Adil Makmur masih utuh. Masih tetap berada di situ dan kami tuntaskan sampai selesai,” ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper