Kabar24.com, JAKARTA – Seekor paus sperma ditemukan mati terdampar di tepi sebuah pantai di Sardinia, Italia, dengan 22 kilogram sampah plastik di dalam perutnya.
Luca Bittau, Presiden SEAME Sardinia, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk melindungi ikan-ikan besar di Mediterania, mengungkapkan perut paus berjenis kelamin betina itu berisikan sampah plastik seperti tas, jaring, dan tali pancing.
Bukan hanya fakta itu saja yang diperoleh SEAME dari dalam perut paus betina tersebut.
“Paus itu hamil dan hampir dipastikan janin yang dikandungnya gugur sebelum ia terdampar,” terang Bittau kepada CNN.
Kematian paus sperma sepanjang 8 meter dengan 22 kilogram sampah plastik di perutnya itu mendorong pakar dan organisasi lingkungan seperti World Wildlife Foundation (WWF) menyampaikan peringatan atas bahaya sampah plastik di Laut Mediterania.
“Ini adalah pertama kalinya kami menemukan seekor hewan dengan jumlah sampah yang sangat besar,” ujar Cinzia Centelegghe, seorang pakar biologi di Universitas Padova, kepada surat kabar La Stampa, seperti dilansir Time.
Menurut para pakar, paus betina itu tidak dapat mencerna makanan yang masuk karena banyaknya kandungan plastik yang memenuhi dua pertiga perutnya.
WWF menegaskan bahwa sampah plastik merupakan salah satu ancaman terbesar bagi kehidupan di laut. Sedikitnya lima paus lain telah mati akibat menelan sampah plastik berjumlah besar selama dua tahun terakhir di wilayah Eropa hingga Asia.
“Sekitar 150.000 hingga 500.000 ton benda-benda plastik dan 70.000 hingga 130.000 ton mikroplastik berakhir di laut Eropa setiap tahun,” papar WWF.
Untuk mengatasi fenomena ini, Parlemen Eropa pekan lalu menyetujui undang-undang baru yang melarang berbagai produk plastik sekali pakai, termasuk piring dan sedotan, mulai tahun 2021.
Menteri Lingkungan Italia, Sergio Costa, menyesalkan kematian paus sperma tersebut dan mengatakan berencana untuk mengusulkan undang-undang baru pekan ini untuk membatasi penggunaan plastik.
Costa juga berjanji akan menjadikan Italia sebagai salah satu negara pertama yang memberlakukan larangan plastik sekali pakai yang dicanangkan Eropa.
"Kami telah menggunakan plastik sekali pakai dengan sesukanya beberapa tahun ini, dan sekarang kami menanggung akibatnya. Perang plastik sekali pakai sudah dimulai. Dan kami tidak akan berhenti di sini,” tegas Costa.