Bisnis.com, JAKARTA—PM Inggris Theresa May masih belum menyerah untuk mengajukan skema kesepakatan keluar dari Uni Eropa atau Brexit meski sudah tiga kali ditolak parlemen.
May berencana mengajukan proposal keempat sebagaimana dilaporkan Ketua Partai Konservatif Inggris Brandon Lewis, seperti dikutip CNN.com, Minggu (31/3/2019).
Lewis tidak memberikan rincian apakah draf proposal May masih sama seperti yang lalu. Lewis menyatakan akan mempertimbangkan semua pilihan karena tenggat Brexit yang sudah diundur semakin dekat.
"Parlemen akan melanjutkan proses ini pada Senin mendatang," kata Lewis.
Pada Jumat (29/3) lalu, May kalah lagi dalam pemungutan suara di parlemen saat mengajukan proposal Brexit.
May bahkan terlihat nyaris putus asa dan khawatir Inggris akan keluar dari keanggotaan Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal).
"Saya takut kita sudah mencapai batas dalam proses di Majelis ini," kata May.
May kini berharap kabinet dan parlemen bisa menjalankan prosedur pemungutan suara lain di luar kendali kementerian pada pekan depan. May beralasan, jika mereka benar-benar meninggalkan Uni Eropa, dirinya hanya ingin menjaga supaya ekonomi dan nilai tukar mata uang poundsterling tidak jatuh.
"Saya mendorong semua anggota parlemen mendukungnya dan memastikan kita meninggalkan Uni Eropa, serta memberikan kepastian kepada masyarakat dan dunia usaha," kata perwakilan pemerintah, Andrea Leadsom, saat membacakan usulan May di hadapan parlemen.
Jika proposal yang diajukan May disepakati parlemen Inggris, maka Brexit akan berlangsung 22 Mei. Jika tidak disepakati, maka May akan menghadap Uni Eropa sebelum 12 April untuk menjelaskan langkah-langkah Inggris selanjutnya.
Salah satu keputusan penting yang harus diambil adalah mengenai hubungan antara Inggris dan Uni Eropa di masa depan.
Sebelumnya, May terus menekankan kepentingan Inggris untuk tetap menjalin hubungan ekonomi sedekat mungkin dengan Uni Eropa.
Namun, sejumlah pihak ingin Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun, satu langkah yang memicu kekhawatiran para pebisnis.
Uni Eropa pun kini mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi Brexit tanpa kesepakatan (no deal) pada 12 April mendatang.