Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SBY Malu jika Harus Bertengkar dengan Agum Gumelar

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan tak ingin menanggapi pernyataan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agum Gumelar yang menyindir keputusannya mengusung Prabowo Subianto di pemilihan presiden 2019. SBY merasa tidak tepat dan tidak bijaksana jika menanggapi Agum.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu di kediaman Jl Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu di kediaman Jl Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Selasa (24/7/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan tak ingin menanggapi pernyataan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Agum Gumelar yang menyindir keputusannya mengusung Prabowo Subianto di pemilihan presiden 2019. SBY merasa tidak tepat dan tidak bijaksana jika menanggapi Agum.

“Saya malu kalau harus bertengkar di depan publik," kata SBY dalam pesan tertulis kepada para kadernya, Jumat (15/3/2019).

Salinan pesan SBY itu diterima dari dua elite Partai Demokrat.

SBY mengatakan situasi sosial dan politik saat ini makin panas. Polarisasi dalam pemilihan presiden kali ini lebih keras dan ekstrem, ditambah menguatnya politik identitas antarkelompok.

SBYmengaku khawatir terjadi sesuatu di Indonesia jika para pemimpin dan elite tidak pandai dan arif mengelola situasi yang terjadi.

"(Situasi sosial dan politik) bagai jerami kering di tengah musim kemarau yang ekstrem dan panjang. Yang diperlukan bukanlah api, tetapi sesuatu yang meneduhkan dan menyejukkan," kata SBY.

Dalam sebuah video yang beredar sebelumnya, Agum Gumelar menyinggung keputusan SBY mendukung Prabowo. Mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu mengaku heran dengan sikap SBY.

Agum dan SBY sama-sama menjadi anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang menandatangani rekomendasi pemberhentian Prabowo dari militer lantaran dinilai bersalah dalam kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis 1998.

 "Ya walaupun saya heran, ini yang tanda tangan rekomendasi kok malah sekarang mendukung. Tidak punya prinsip itu orang," kata Agum dalam video itu.

SBY mengatakan belum tentu Presiden Joko Widodo mengetahui atau bahkan meminta Agum melontarkan pernyataan itu. Selama ini, kata SBY, dia dan Jokowi saling menghormati.

"Sikap kami ini tentunya baik agar situasi nasional tetap teduh. Secara moral pun memang harus demikian," ujar mantan presiden dua periode ini.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.Co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper