Bisnis.com, JAKARTA - Hasil survei nasional lembaga Survey & Polling Indonesia (SPIN) memaparkan beberapa alasan terkait selisih elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi yang makin tipis.
Dalam rilis lembaga survei SPIN per 08 Januari 2019, pasangan nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf masih unggul dengan elektabilitas 49% berbanding 41% milik pasangan nomor urut 02 Prabowo-Sandi, di samping sisa 10% dari basis suara, belum menjawab.
"Momentum terpenting semakin mengecilnya jarak elektabilitas kedua pasangan calon ini adalah adanya persepsi publik soal ekonomi yang belum membaik dan meningkatnya harga kebutuhan pokok," ungkap Direktur SPIN, Igor Dirgantara dalam keterangan resminya di sebuah diskusi, di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (7/3/2019).
Igor menuturkan berdasarkan hasil surveinya, selisih elektabilitas yang hanya terpaut 8% tersebut disebabkan oleh tiga masalah yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah, dan persepsi ekonomi yang masih membuat masyarakat khawatir.
Masalah yang masih menjadi PR pemerintah, di antaranya mengungkap persoalan lapangan kerja dan pengangguran menjadi masalah utama sebesar 68%, disusul naiknya harga-harga kebutuhan pokok dengan persentase 64%, dan korupsi sebesar 52% dari basis suara responden.
Sedangkan persepsi ekonomi yang masih membuat masyarakat khawatir ada hal, yaitu:
Pertama, harga makanan dan kebutuhan pokok meningkat yang dibenarkan oleh 59% responden, sedangkan 37% menjawab sama saja, dan 4% yang menjawab harga turun.
Kedua, soal uang tambahan yang bisa ditabung. Yang menjawab lebih sedikit ada 44%, sama saja 41%, sedangkan lebih banyak 13%, dan yang menjawab tidak tahu 2%.
Ketiga, akses terhadap peluang ekonomi dan pemberdayaan. Masyarakat yang masih belum merasakan kehadiran pemerintah atau merasa tidak didukung ada 12%, hanya mendapat sedikit dukungan dalam pemberdayaan yaitu 30%, cukup didukung 45%, dan sangat didukung 11% dari basis suara.
Sebab itulah, Igor memprediksi bahwa persaingan head to head antara Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi akan berlangsung ketat menjelang hari H pemungutan suara, 17 April 2019.
"Kalau petahana di bawah 50 persen itu ancaman. Maksudnya bukan ancaman kalah, tapi ancaman persaingan yang ketat," ungkap Igor.
Survei SPIN melibatkan 1213 responden dan menggunakan metode Multistage random sampling dengan margin of error sebesar 3 persen, dan tingkat kepercayaan 95 persen.