Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah AS mendesak warganya untuk lebih memilih meninggalkan Venezuela dan memerintahkan staf pemerintah non-darurat setelah kepala angkatan bersenjata negara itu memperingatkan perang saudara.
Perang saudara tersebut dipicu oleh "rencana kriminal" yang didukung AS untuk menyingkirkan Presiden Nicolás Maduro atas dukungan pemberontak.
Dalam pidato langsung kepada kemarin, Menhan Venezuela, Vladimir Padrino, menuduh oposisi Venezuela yang dipimpin oleh Juan Guaido, Amerika Serikat dan sekutu regional seperti Brasil meluncurkan upaya kudeta terhadap Maduro.
Upaya itu disebut sebagai langkah berisiko membawa "kekacauan dan anarki".
“Kami di sini untuk menghindari, dengan cara apa pun ... konflik antara Venezuela. Bukan perang saudara, perang saudara yang akan menyelesaikan masalah Venezuela. Itu adalah dialog, ”kata Padrino sebagimana dikutip Theguardian.com, Jumat (25/1/2019).
Dalam satu gertakan terhadap pihak oposisi Venezuela yang baru bangkit, menteri pertahanan itu menyatakan bahwa rakyatnya memberikan dukungan tak tergoyahkan "panglima tertinggi kami, Nicolás Maduro".
Baca Juga
"Kami anggota angkatan bersenjata tahu betul konsekuensi [perang], hanya dari melihat sejarah kemanusiaan, abad terakhir, ketika jutaan manusia kehilangan nyawa mereka," tambah Padrino, diapit oleh para petinggi angkatan bersenjata Venezuela.
Memperkuat posisi Maduro, Presiden Rusia Vladimir Putin, berbicara kepada pemimpin Venezuela melalui telepon dan mengeluarkan komentar pertamanya tentang krisis, yang menurutnya "diprovokasi dari luar negeri", menurut pernyataan Kremlin.
Berpidato di hadapan Mahkamah Agung di Caracas pada Kamis (24/1/2019) sore, Maduro mengatakan dia telah memberitahu Putin "sebuah provokasi besar sedang berlangsung di Venezuela, langsung oleh kekaisaran AS".