Kabar24.com, JAKARTA – Di hadapan dunia, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un bulan ini menyatakan telah mengambil langkah-langkah untuk berhenti membuat senjata nuklir pada 2018.
Kenyataannya, bukti menunjukkan produksi persenjataan nuklir Korut terus berlanjut dan kemungkinan berkembang.
Dilansir dari Bloomberg, analisis pencitraan satelit dan intelijen Amerika menunjukkan Korea Utara tetap menghasilkan roket dan hulu ledak. Menurut analis proliferasi nuklir, rezim itu kemungkinan menambahkan beberapa rudal balistik antarbenua (ICBM).
Satu kelompok kontrol senjata memperkirakan Kim Jong-un memperoleh cukup bahan fisil untuk sekitar enam bom nuklir lagi.
"Tidak ada indikasi bahwa program nuklir dan rudal mereka telah melambat atau berhenti. Sebaliknya Korut telah mencapai tahap baru." kata Melissa Hanham, direktur Proyek Datayo One Earth Future Foundation dan seorang pakar dalam menggunakan citra satelit dan data lain untuk menganalisis proliferasi senjata.
Laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa Korea Utara terus mengoperasikan dua fasilitas yang diduga adalah pengayaan uranium, satu di dekat pusat nuklir Yongbyon dan lokasi lain yang dicurigai sebagai situs sentrifugal gas.
Dalam kesaksiannya di depan Senat Amerika Serikat pada Juli 2018, Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo telah menyatakan bahwa Korea Utara masih memproduksi bahan fisil.
Laporan lain menunjukkan Korea Utara memperkuat persenjataannya menjelang pertemuan tingkat tinggi dengan Trump dan masih menjalankan pabrik yang diyakini telah menghasilkan ICBM pertama Kim yang mampu mencapai daratan AS.
Laporan itu memaparkan rezim Kim Jong-un baru-baru ini memperluas pabrik yang mungkin digunakan untuk membuat mesin untuk roket berbahan bakar padat baru yang lebih mudah disembunyikan serta memperbesar pangkalan bawah tanah untuk rudal jarak jauh.
Laporan-laporan tersebut menggarisbawahi apa yang dipertaruhkan oleh AS ketika Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk mengadakan pertemuan puncak kedua dengan Kim dalam waktu dekat.
Meski Trump telah memuji keputusan Kim untuk menghentikan uji coba persenjataannya dan membongkar beberapa fasilitas pengujian dengan mencegah perang di Pasifik Barat, langkah-langkah itu belum mencegah Korea Utara membangun senjata baru yang dapat mengancam AS.
Skeptisisme tetap mengganjal mengenai janji denuklirisasi Kim, termasuk pernyataannya dalam pidato Tahun Baru ini bahwa ia setuju untuk tidak membuat dan melakukan uji coba senjata nuklir lagi, atau pun menggunakan dan memperbanyaknya pada 2018.
Setahun yang lalu, Kim memerintahkan produksi massal hulu ledak dan rudal balistik setelah menangguhkan uji ciba senjata menyusul peluncuran ICBM yang mampu mencapai seluruh wilayah AS.
Analis nonproliferasi mengatakan strategi Kim tampaknya adalah untuk diam-diam memperkuat persenjataan yang dimilikinya sambil menciptakan iklim diplomatik yang diperlukan bagi Korea Utara agar sanksi yang diterimanya dicabut dan ditoleransi sebagai negara nuklir.
Pembicaraan nuklir yang terhenti dengan pemerintahan Trump sejak kedua pemimpin negara tersebut bertatap muka untuk pertama kalinya pada Juni 2018, dinilai telah memberi Kim ruang untuk menyempurnakan teknologi yang diperlukan untuk menyerang AS.
Menurut para analis, hanyalah masalah waktu sebelum Kim Jong-un memperoleh sistem penargetan dan wahana yang mampu memberikan hulu ledak.