Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Inggris dilaporkan tengah menjajaki pembangunan dua pangkalan militer baru di luar negeri, salah satunya Brunei Darussalam.
Niat itu disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan Gavin Williamson. Menurut dia, Inggris ingin meluaskan pengaruh di dunia dan menunjukkan kehadiran mereka melalui pangkalan militer.
Di samping itu, dia menyatakan bahwa pangkalan militer itu rencananya dijadikan cadangan jika pada 2019 Inggris memutuskan hengkang tanpa syarat dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit).
Hal ini juga menjadi titik balik strategi Inggris ketika memutuskan menarik diri dari Asia Tenggara dan Teluk Persia pada 1968 untuk berkonsentrasi pada wilayah Suez Timur.
"Kami harus memperjelas kalau kebijakan ini sudah disepakati dan Inggris sekali lagi akan menjadi pemain global," kata Williamson sebagaimana dikutip CNN.com pada Senin (31/12/2018).
Menurut dia, peta politik akan berubah seketika saat mereka memutuskan hengkang dari Uni Eropa. Dia menyatakan mereka berniat menjalin hubungan lebih mendalam dengan Australia, Kanada, Selandia Baru, serta negara-negara di Karibia dan Afrika.
Williamson menyatakan rencana penempatan sekitar 3.500 anggota pasukan di wilayah itu, jika memang keluar tanpa syarat dari Uni Eropa, sebagai taktik yang sangat baiks ebab kondisi politik di dalam negeri mereka semakin menghangat, padahal pengumuman soal Brexit masih Maret mendatang.
"Kami selalu menyiapkan rencana cadangan, hanya untuk memastikan Brexit berjalan lancar baik dengan atau tanpa kesepakatan," ujar Williamson.
Inggris saat ini memang mempunyai dua fasilitas militer di Asia Tenggara. Di Brunei mereka menempatkan satu batalion pasukan infantri Gurkha dan penerjun. Mereka juga menggelar latihan perang di hutan untuk Angkatan Darat dan Korps Marinir Inggris.
Inggris juga mempunyai fasilitas angkatan bersenjata di Singapura yakni pusat perbaikan dan logistik Unit 1022 Angkatan Laut Inggris di Dermaga Sembawang.