Bisnis.com, JAKARTA -- Kepolisian Inggris belum berhasil menangkap operator drone yang terbang ilegal di area Bandara Gatwick, London, Inggris.
Bandara tersibuk kedua di Inggris itu terpaksa menunda semua penerbangan dari dan ke bandara tersebut karena adanya drone yang terbang tanpa izin di sekitar landasan pacu. Kondisi ini sudah terjadi sejak Rabu (19/12/2018) malam.
Akibatnya, ratusan ribu penumpang menjadi korban. Hal ini juga terjadi menjelang Natal sehingga banyak orang yang ingin bepergian harus rela rencananya Natalnya terganggu.
Pihak bandara menyebutkan ada 10.000 penumpang yang terdampak pada Rabu (19/12) dan 110.000 orang lainnya dijadwalkan terbang dari dan ke bandara tersebut pada Kamis (20/12).
Drone-drone tersebut dikabarkan terus muncul setiap kali pihak bandara akan membuka kembali landas pacu mereka. Namun, polisi menyatakan tak ada indikasi terorisme dalam peristiwa ini.
Detektif Jason Tingley dari Kepolisian Sussex menyatakan pihaknya membuka opsi menggunakan senapan untuk menembak drone-drone itu. Hal ini berbeda dari pernyataan sebelumnya di mana polisi tak mau menembak jatuh drone yang muncul karena khawatir adanya risiko peluru nyasar.
"Hasil asesmen sebelumnya menunjukkan bahwa kami tidak akan menggunakan senjata api. Hal ini akan terus kami kaji, jadi Anda akan tahu dan melihat jika kami mengirim petugas bersenjata," tuturnya, seperti dilansir Reuters, Jumat (21/12).
Lebih dari 20 unit kepolisian diturunkan untuk mencari dan mengejar operator drone bermasalah ini.
Menteri Transportasi Inggris Chris Grayling menilai hal ini adalah aksi yang disengaja.
"Ini adalah drone komersial. Setiap kali Bandara Gatwick mencoba membuka landas pacunya, drone-drone itu muncul," ujarnya.
Juru Bicara Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengutuk peristiwa dan menyebutnya sebagai hal yang tidak bertanggung jawab serta tidak dapat diterima.
BBC melaporkan ada sejumlah penumpang yang bahkan terjebak di pesawat.
Salah satunya Geoffrey Grove, yang terbang dari Boston, AS. Pesawat yang ditumpanginya dialihkan ke Orly, Prancis dan pesawatnya terpaksa menunggu di bandara tersebut tanpa kejelasan.
Para penumpang, ungkapnya, tak boleh turun dari pesawat. Padahal, pendingin ruangan dimatikan sehingga udaranya sangat panas dan banyak anak kecil di dalam pesawat.
Setiap harinya, bandara ini melayani sekitar 100.000 penumpang. Untuk mengurangi kepadatan, Pemerintah Inggris mencabut larangan terbang pada malam hari di bandara-bandara lainnya untuk sementara.
Di Inggris, drone dilarang terbang dalam radius 1 kilometer (km) dari kawasan bandara. Sanksinya adalah hukuman penjara selama lima tahun.