Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Ukraina mengusulkan memberlakukan undang-undang darurat militer setelah pasukan Rusia menembak dan menahan kapal angkatan laut negara itu selain menciderai enam awak kapal di Laut Hitam.
Penyerangan itu memicu protes oleh belasan orang di luar kedutaan Rusia di Kiev. Beberapa menempatkan perahu kertas di luar rumah duta bear, sementara yang lain melemparkan granat asap dan membakar ban yang ditumpuk di luar.
Anggota parlemen Ukraina hari ini waktu setepat akan memberikan suara atas usulan presiden Petro Poroshenko setelah kabinet menggelar menyusul rapat darurat tadi malam. Poroshenko mengatakan langkah semacam itu tidak akan menyiratkan deklarasi perang dan dimaksudkan hanya untuk tujuan defensif.
Dewan Keamanan PBB juga akan mengadakan pertemuan darurat pada hari hari ini terkait insiden itu menyusul permintaan dari Ukraina sebagaimana dikutip Theguardian.com, Senin (26/11/2018).
Konflik dimulai ketika Rusia mencegah tiga kapal angkatan laut Ukraina lewat di bawah jembatannya di Selat Kerch dengan memblokir armada itu pakai kapal kargo. Dua kapal artileri dan kapal tunda kemudian ditembak dan disita karena melewati jembatan.
Menurut FSB, agen keamanan utama Rusia, tiga pelaut Ukraina terluka, tidak ada yang berada dalam kondisi yang mengancam jiwa. Selat Kerch menghubungkan Laut Azov dengan Laut Hitam.
Baca Juga
Rusia telah membangun jembatan itu senilai US$3,69 miliar di atas selat tersebut. Dengan jembatan tu penduduka Krimea terhubung dengan daratan Rusia di semenanjung itu. Presiden Rusia, Vladimir Putin, secara resmi membuka jembatan tersebut pada bulan Mei.
FSB mengatakan bahwa kapal patrolinya telah menangkap tiga kapal angkatan laut dan mengatakan bahwa kapal itu telah memasuki perairan teritorialnya secara ilegal. Kantor berita Rusia menyatakan bahwa kapal Ukraina "secara ilegal memasuki wilayah wilayah perairan Rusia".
Dikatakan, bahwa kapal Ukraina melakukan "tindakan provokatif" dan "tujuan mereka jelas untuk menciptakan situasi konflik di wilayah ini".
Ukraina mengatakan telah memberi peringatan terlebih dahulu kepada Rusia tentang rute kapal-kapalnya yang harus melewati selat itu untuk mencapai Lautan Azov.