Kabar24.com, JAKARTA — Calon Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis belum bersedia secara terbuka menyatakan dukungan kepada kontestan Pemilihan Umum Presiden 2018.
Sebagai peraih suara terbanyak pada Pemilihan Wali Kota Cirebon 2018, pilihan Nashrudin ditunggu-tunggu karena dia akan memimpin Kota Udang pada 2018-2023. Namun, Wali Kota Cirebon periode 2015—2018 tersebut memilih menikmati kemenangan dulu ketimbang langsung menyatakan dukungan di Pilpres 2019.
“Kami masih baru selesai pilkada. Jadi belum dulu [menyatakan dukungan],” katanya usai sidang putusan sengketa hasil Pilwalkot Cirebon 2018 di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Sikap ragu itu tampaknya terkait erat dengan latar belakang Nashrudin sebagai politisi Partai Demokrat. Walaupun Demokrat mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, tetapi kader partai di daerah tidak sepenuhnya seirama dengan pusat.
Sejumlah tokoh Demokrat seperti Gubernur Papua Lukas Enembe dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo terang-terangan mendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Tidak ada ‘tindakan disiplin’ dari DPP Demokrat atas sikap tersebut.
Di sisi lain, Nashruddin selama beberapa bulan ini lengket dengan tokoh-tokoh parpol pengusung Jokowi-Ma’ruf. Calon Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati yang menjadi pendampingnya adalah Ketua DPD Partai Nasdem Kota Cirebon.
Selain Demokrat dan Nasdem, Nashrudin-Eti diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hanura, dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Minus Demokrat, empat parpol lain adalah bagian Koalisi Indonesia Kerja (KIK) pengusung Jokowi-Ma’ruf.
Bila nanti mengikuti arahan partainya, dukungan Nashrudin cukup penting bagi Prabowo-Sandiaga meraup suara di Kota Cirebon. Kendati pada Pilpres 2014 Prabowo bersama Hatta Radjasa menang di Provinsi Jawa Barat, Kota Cirebon menjadi salah satu daerah kekalahan jagoan Koalisi Merah Putih.
Prabowo-Hatta hanya meraih 78.359 suara atau 46,25% dari total suara sah, berbanding 91.079 suara yang didapat Jokowi-Jusuf Kalla atau 53,75% suara sah.
Kabar kurang mengembirakan bagi Prabowo-Sandi bertambah karena peraih suara terbanyak kedua di Pilwalkot Cirebon, Bamunas Setiawan Boediman-Effendi Edo, diusung oleh anggota KIK juga. Ketiga partai itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Walaupun Bamunas-Edo kalah di Pilwalkot Cirebon 2018, perolehan 78.671 suara sangat signifikan bila mampu dialihkan semua ke Jokowi-Ma’ruf. Bandingkan dengan 80.590 suara Nashrudin-Eti yang kemungkinan terbagi bila mengacu pada dukungan parpol.
Sementara itu, suara tiga anggota Koalisi Indonesia Adil Makmur lainnya tidak dapat terpetakan pada Pilwalkot Cirebon 2018. Pasalnya, Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, dan Partai Amanat Nasional tidak mengusung calon kepala daerah.