Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja ekspor Jepang berhasil melanjutkan penguatannya pada Juni kendati ancaman proteksionisme dagang dari Amerika Serikat tetap membayangi. Hingga kini pun Jepang masih enggan memberikan balasan atas tarif impor baja dan aluminium dari AS.
Berdasarkan rilis data Kementerian Keuangan Jepang, nilai ekspor Negeri Sakura tumbuh ke level 6,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juni, atau sedikit di bawah perkiraan ekonom di level 7%. Adapun pada Mei secara yoy, ekspor Jepang sempat menguat hingga 8,1%.
Sementara itu, kinerja impor Jepang juga tumbuh sebesar 2,5% secara YoY pada Juni, di bawah perkiraan ekonom sebesar 5,3%.
Dengan begitu, Jepang berhasil mencatatkan surplus perdagangan sebesar 721,4 miliar yen (US$6,40 miliar), atau lebih baik ketimbang perkiraan ekonom sebesar 534,2 miliar.
Shuji Tonouhi, Ekonom Senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, menjelaskan secara keseluruhan, ekspor Jepang tetap sehat untuk saat ini.
“Akan tetapi, kami tidak yakin kemana arah [kinerja ekspor] setelah terkena dampak kebijakan dagang. Friksi tarif dan perdagangan dapat mengurangi investasi korporasi,” ujarnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/7/2018).
Mengantisipasi kebijakan proteksionisme AS, Jepang berhasil mengurangi ekspornya untuk Negeri Paman Sam. Berdasarkan data yang sama, ekspor Jepang ke AS turun untuk pertama kalinya dalam 17 bulan sebesar 0,9% pada Juni.
Penurunan itu disebabkan berkurangnya jumlah pengiriman mobil dan perangkat manufaktur semikonduktor. Dua produk tersebut merupakan ekspor utama Jepang.
Namun, penurunan tersebut dinilai masih kecil, sehingga para pembuat kebijakan Jepang tetap khawatir negerinya akan terus ditekan oleh Presiden AS Donald Trump agar mengambil langkah konkret untuk mengurangi surplus dagang dengan AS.
Sebelumnya Trump telah mengenakan tarif impor untuk produk baja dan aluminium dari Jepang. Selain itu, Presiden AS tersebut juga mengeluhkan bahwa Jepang terlalu sedikit mengimpor produk otomotif dari AS dan bersiap untuk mengenakan tarif impor otomotif untuk produk mobil Jepang.
Adapun impor dari AS juga turun 2,1% secara yoy pada Juni karena berkurangnya pembelian minyak sawit, pesawat terbang, dan batu bara.
Alhasil, surplus perdagangan Jepang dengan AS kini berada di level 590,3 miliar yen, atau naik 0,5% dari periode yang sama pada tahun lalu.
Pada perkembangan terpisah, Menteri Perdagangan Jepang Hiroshige Seko menyampaikan, Jepang dan UE akan melakukan kerja sama lebih erat untuk menghadapi tarif impor otomotif dari Trump.
“Belum ada dampak riil dari tarif baja dan aluminium. Oleh karena itu, kami belum bergerak. Namun, untuk kasus otomotif itu berbeda. Respons kami akan cepat,” kata Seko, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (19/7/2018).
Sejauh ini, Jepang masih enggan membalas tarif impor baja dan aluminium AS kendati China dan UE telah lebih dulu mengenakan tarif balasan untuk produk AS. Adapun kini, AS telah mengajukan keluhan terkait tarif balasan tersebut ke Organisasi Dagang Internasional (WTO).